kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.526.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 16.240   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.037   -29,18   -0,41%
  • KOMPAS100 1.050   -5,14   -0,49%
  • LQ45 825   -5,35   -0,64%
  • ISSI 214   -0,85   -0,40%
  • IDX30 423   -1,15   -0,27%
  • IDXHIDIV20 514   0,87   0,17%
  • IDX80 120   -0,69   -0,57%
  • IDXV30 125   1,36   1,09%
  • IDXQ30 142   0,26   0,18%

Porsi saham dan obligasi berimbang di reksadana


Selasa, 02 Desember 2014 / 07:34 WIB
Porsi saham dan obligasi berimbang di reksadana
ILUSTRASI. Seorang pria melintasi layar elektronik pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay


Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Kenaikan harga  bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) berpengaruh besar pada racikan portofolio reksadana campuran. Maklum, reksadana jenis ini dapat menempatkan dana pada efek pasar uang, pendapatan tetap, dan saham.

Seperti diketahui, pasca kenaikan harga BBM, kondisi pasar modal relatif kondusif. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus naik. Di sisi lain, BI mengerek suku bunga sebagai respons antisipasi kenaikan inflasi akibat penyesuaian harga BBM

Salah satu yang memanfaatkan momentum ini adalah Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) dengan meracik ulang portofolio reksdana campuran bertajuk Manulife Dana Campuran II.

Director of Business Development MAMI Putut E. Andanawarih menyatakan, pasca kenaikan harga BBM persepsi investor terhadap kondisi pasar modal relatif positif. Maka, MAMI menerapkan porsi berimbang untuk setiap portofolio Manulife Dana Campuran II. “Tentu ada ketentuannya. Efek saham dan pendapatan tetap masing-masing maksimal 60%, dan efek pasar uang maksimal 20%,” ujar Putut.

Aset dasarnya tergolong efek yang berpotensi naik tinggi di tengah kinerja pasar modal yang positif. Misalnya, dengan mengoleksi saham-saham LQ45 sebagai porsi terbesar untuk efek saham. Begitu pula untuk efek pendapatan tetap dengan menempatkan porsi terbesar pada Surat Utang Negara (SUN) seri acuan (benchmark).

Sedangkan khusus obligasi korporasi, Manulife Dana Campuran II hanya mengoleksi obligasi yang berperingkat minimum A+. “Tidak ada batasan sektor usaha penerbit korporasi. Setiap pekan selalu kami review,” paparnya.

Beberapa aset dasar terbesar  reksadana ini adalah obligasi Adira Dinamika Multi Finance II 2013 Seri C, SUN seri FR0068, FR0069, serta saham BBCA dan BBRI.
Menurut Putut, dengan  memilih aset dasar yang terbaik di setiap kelasnya, produk yang diluncurkan sejak  23 Januari 2009 ini diharapkan bisa memberikan imbal hasil (return) terbaik. 

Produk ini dinilai cocok bagi investor yang ingin mendapat imbal hasil optimal di dua pasar sekaligus, yakni pasar saham dan pasar obligasi. Adapun, produk ini ditujukan bagi investor dengan profil risiko moderat, dan berhorizon investasi 3 tahun hingga 5 tahun.

Per 28 Nopember 2014, Nilai aktiva bersih per unit penyertaan produk ini senilai Rp  2.465,27. Secara year to date hingga akhir November 2014, reksadana ini sudah menorehkan return 17,28%. Performa itu mengungguli rata-rata kinerja reksadana campuran yang tercermin dalam Infovesta Balanced Index Fund, yakni 15,65%.

Nah, investor bisa mengoleksi produk ini dengan minimal investasi awal Rp 100.000. Biaya pembelian maksimal dikutip 2%, dan biaya penjualan pada tahun pertama maksimal 1,25%.

Research Analyst Infovesta Utama Yosua Zisokhi menilai, strategi porsi berimbang antara efek saham dan obligasi memiliki dua efek yang berbeda. Kinerja produk yang mengusung strategi ini memang bisa di atas rata-rata, jika kedua pasar tersebut dalam kondisi positif.  

Tapi, jika kinerja pasar saham baik, sedangkan pasar obligasi melemah, return produk ini akan terbebani oleh aset dasar obligasi. "Dalam skenario tersebut, kinerja Manulife Dana Campuran II bisa kalah dibandingkan reksadana campuran yang porsi efek sahamnya mendominasi ketimbang efek pendapatan tetap," paparnya.

Yosua memperkirakan, tren pasar saham maupun obligasi hingga tahun depan masih cukup positif. Hal ini didorong perbaikan makro ekonomi domestik pada sisa tahun ini dan sepanjang tahun depan.

Jadi, menurutnya, strategi ini bisa terus diterapkan setidaknya sepanjang tahun depan. Prediksi Yosua, rata-rata imbal hasil tahunan reksadana campuran pada akhir tahun ini bisa berkisar antara 15% hingga 18%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×