Reporter: Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Dibayangi ancaman inflasi tinggi, Indeks Harga Saham Gabungan masih mencatatkan imbal hasil (return) memuaskan selama awal Januari hingga akhir November tahun ini. Di periode tersebut, IHSG mencetak return sebesar 20%.
Saham yang tampil mentereng tahun ini antara lain sektor properti, real estat dan konstruksi. Dalam kurun 11 bulan di tahun ini, indeks properti, real estat dan konstruksi melonjak 48,72%. Posisi kedua ditempati sektor jasa keuangan, dengan pertumbuhan indeks 33,42%, mengekor indeks infrastruktur yang menanjak 22,74%.
Delapan saham sektor properti dan konstruksi masuk dalam 10 besar kelompok saham LQ45 yang mencatatkan return tertinggi selama Januari-November 2014. Saham itu antara lain saham PT PP Tbk (PTPP) yang mencatatkan return 163,79% dan saham PT Waskita Karya Tbk (WSKT) dengan return 158,02%.
Kepala Riset MNC Securities Edwin Sebayang menilai, harga saham properti dan konstruksi melambung karena investor mengantisipasi kebijakan pemerintahan baru yang akan fokus di infrastruktur. Padahal, kinerja fundamental emiten di sektor ini biasa saja. Pencapaian proyek dan marketing sales emiten konstruksi dan properti malah cenderung melambat. "Kinerja tak sehebat kenaikan harga sahamnya," ujar dia.
Tahun depan Edwin melihat, masih ada tanda tanya apakah dana hasil pengurangan subsidi bahan bakar minyak (BBM) akan beralih ke proyek infrastruktur. Jika ya, maka emiten pelat merah yang terkait belanja pemerintah akan menikmatinya.
Kepala Riset Universal Broker Satrio Utomo menilai, saham sektor konstruksi dan infrastruktur, baik emiten BUMN maupun swasta, berprospek menarik.
Menurut Edwin, saham seperti WTON, WSKT, PTPP, ADHI dan TOTL masih berpotensi berkembang. Di sektor properti, pilihannya antara lain SMRA, CTRA, BSDE dan LPKR. Di bidang infrastruktur, ia menunjuk TBIG, JSMR, TLKM, sedangkan Satrio merekomendasikan PGAS.
Di sektor keuangan, Edwin memprediksi kinerja pada tahun depan tak jauh berbeda dengan tahun ini. Kucuran kredit akan tumbuh 16% untuk mencapai produk domestik bruto (PDB) sebesar 5,3%.
Meskipun likuiditas tahun depan diproyeksikan cukup ketat, Edwin menyebutkan, saham sektor keuangan masih cukup menarik. Dia merekomendasikan lima bank besar BBCA, BBNI, BMRI, BBRI, dan BBTN.
Di luar saham yang menguntungkan, indeks saham sektor pertambangan hanya naik tipis 1,07% selama Januari-November 2014. Kemudian indeks perkebunan tumbuh 7,12%.
Satrio menyarankan, investor sementara menghindari saham batubara. Edwin menyebutkan, emiten berbasis energi akan terkena pukulan keras karena harga minyak dunia diprediksi terus memble. ADRO, HRUM, PTBA, dan ITMG sepertinya perlu melakukan efisiensi biaya. Adapun BUMI dan BORN akan semakin terjerembab akibat terbebani gundukan utang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News