kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Porsi kepemilikan bank di SBN mencapai 24,9%, ini penyebabnya


Selasa, 15 Oktober 2019 / 21:49 WIB
Porsi kepemilikan bank di SBN mencapai 24,9%, ini penyebabnya
ILUSTRASI.


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kepemilikan bank di Surat Berharga Negara (SBN) terus menggulung. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, per 14 Oktober, porsi kepemilikan bank di SBN naik 24,9% dibanding porsi di awal tahun 20,32%.

Dari segi jumlah, perbankan memegang Rp 670,32 triliun SBN, per 14 Oktober. Jumlah tersebut naik 39,27% sejak awal tahun atau ada penambahan Rp 188,99 triliun.

Baca Juga: Tingkat risiko berbeda, Analis: OBRI dan SBN punya pangsa pasar masing-masing

Head of Research & Consulting Service Infovesta Utama Edbert Suryajaya mengatakan,  penyaluran kredit yang melambat dan membuat bank memiliki kelebihan likuiditas membuat bank jadi memarkirkan dana di SBN.

Bank Indonesia (BI) mencatat penyaluran kredit perbankan capai Rp 5.489,6 triliun pada Agustus 2019. Angka tersebut tumbuh 8,6% secara tahunan. Namun, pertumbuhan penyaluran kredit tersebut tumbuh lebih lambat dibandingkan bulan sebelumnya yang capai 9,7%.

Selain itu, tren penurunan suku bunga yang berdampak positif pada pasar obligasi juga menjadi daya tarik sendiri bagi perbankan memutarkan keuntungannya.

"Secara internal perbankan sudah memprediksi bahwa harga SBN bisa naik dan bank memiliki dana tambahan untuk berinvestasi di SBN, oleh karena itu, bank juga ingin cari profit pada transaksi di obligasi," kata Edbert, Selasa (15/10). 

Dandi Hidayat Natanagara Head of Investment PT Anargaya Aset Manajemen menambahkan prospek investasi di surat utang memang menggiurkan di tengah pemangkasan suku bunga acuan The Fed dan BI 7 Day Reverse Repo Rate. 

Baca Juga: Tren perlambatan utang luar negeri swasta berpotensi berlanjut, pemerintah sebaliknya

"Bila optimis pada proyeksi kinerja SBN baik jangka pendek maupun jangka panjang, perbankan yang masih memiliki likuiditas tinggi bisa berinvestasi pada SBN dahulu sebelum mengeluarkan dana untuk penyaluran kredit," kata Dandi.

Selain itu, kepemilikan bank di SBN bertambah karena juga didorong kewajiban perbankan yang biasanya menjadi dealer utama lelang SBN. Tugas perbankan adalah turut menyerap penerbitan SBN dan bantu jaga likuiditas.

Dengan banyaknya permintaan surat utang dari perbankan, Edbert memproyeksikan tren ini dapat berdampak positif pada pasar obligasi karena bisa menaikkan harga SBN. 

Baca Juga: Agustus 2019, utang luar negeri pemerintah naik 8,6% jadi US$ 193,5 miliar

Dandi memproyeksikan kepemilikan bank di SBN berpotensi terus tumbuh, meski sejak lima tahun terakhir Dandi mengamati terjadi fluktuasi jumlah kepemilikan bank di SBN.

Senada, Edbert mengatakan saat ini prospek pasar obligasi masih akan positif seiring suku bunga acuan juga dalam tren menurun.

"Selama belum ada titik terang yang pasti dari perang dagang AS dan China, kekhawatiran perlambatan ekonomi masih terbuka dan suku bunga masih berpotensi turun dan menguntungkan pasar obligasi," kata Edbert.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×