Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Kepemilikan asing di obligasi korporasi mengalami peningkatan signifikan pada bulan lalu. Para analis menilai hal ini dikarenakan investor asing juga melihat keuntungan yang ditawarkan obligasi korporasi cukup menarik jika dibandingkan yield obligasi pemerintah.
Berdasarkan data Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam LK) per Mei 2012 lalu, investor asing yang memiliki obligasi korporasi tercatat mencapai Rp 8,45 triliun. Angka itu meningkat 81,33% year on year dari Rp 4,66 triliun.
Sementara jika dibandingkan bulan sebelumnya, kepemilikan asing di bulan Mei mencatatkan kenaikan sekitar Rp 200 miliar dari posisi April sebesar Rp 8,23 triliun. Pemodal asing yang dominan memiliki obligasi korporasi adalah institusi keuangan senilai Rp 4,863 triliun. Kepemilikan asing di perusahaan aset manajemen Rp 974 miliar.
Sedangkan kepemilikan asing di obligasi pemerintah pada bulan Mei dibandingkan bulan sebelumnya justru turun Rp 4,37 triliun. Data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan RI mencatat kepemilikan asing pada Surat Berharga Negara (SBN) per Mei 2012 Rp 224,5 triliun.
Porsi kepemilikan asing di total oustanding SBN per Mei juga menurun menjadi 28,77%. Sedangkan porsi asing di SBN per April 2012 sebesar 29,63%. Sampai 20 Juni, kepemilikan asing di SBN mencapai Rp 224,04 triliun. Atau turun sebesar Rp 460 miliar dari akhir Mei.
Analis Obligasi PT Mega Capital Indonesia Ariawan mengatakan, return obligasi korporasi masih menarik bagi investor asing yang ingin diversifikasi portofolio sementara. Meski kondisi pasar masih tak menentu, investor asing memiliki likuiditas cukup besar. Karena itu, mereka mencoba mengalihkan dana ke instrumen yang lebih menguntungkan.
Asing masuk sementara
Namun dia melihat kepemilikan asing di obligasi korporasi hanya bersifat sementara dan akan kembali masuk ke obligasi pemerintah. Sentimen yang masih buruk membuat obligasi pemerintah kembali dijauhi pasar. Sehingga pilihan yang paling menguntungkan adalah masuk ke obligasi korporasi.
Ariawan mengatakan, saat ini investor asing tidak memiliki pilihan lain karena fluktuasi di pasar modal masih membuat mereka cenderung wait and see. "Mereka uangnya banyak, supaya untung mereka bisa taruh di obligasi korporasi yang masih memberikan kupon tinggi dibandingkan obligasi pemerintah," kata Ariawan.
Tipe investor asing dan domestik memiliki perbedaan cukup signifikan. Jika investor domestik cenderung memegang obligasi korporasi sampai jatuh tempo. Tapi kalau asing tidak akan memegang sampai jatuh tempo. "Mereka cenderung trading," kata Pengamat Pasar Modal, Rudiyanto.
Alasan itulah yang membuat investor asing mencari obligasi korporasi yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan yang memiliki profil risiko minim. Patokan utama mereka adalah rating perusahaan penerbit obligasi.
Sebab Rudiyanto menambahkan, likuiditas menjadi faktor penting yang menjadi pertimbangan investor asing dalam membeli suatu instrumen investasi. Maklum, obligasi korporasi tidak lebih likuid daripada obligasi pemerintah.
Rudiyanto menduga investor asing akan kembali masuk ke obligasi pemerintah. Menurut dia, setelah Indonesia mendapatkan peringkat investment grade dari dua lembaga pemeringkat Fitch dan Moody\'s, investor asing menjadi lebih yakin masuk ke pasar obligasi termasuk obligasi korporasi. "Jadi kecenderungannya kepemilikan asing di obligasi korporasi masih akan meningkat," papar dia.
Berdasarkan catatan Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), hingga kemarin (21/6), obligasi korporasi paling aktif diperdagangkan adalah Obligasi Subordinasi I Bank BII Tahun 2011 (BNII01SB) dengan rating idAA. Obligasi tersebut ditransaksikan sebanyak 11 kali dan volume perdagangan Rp 114 milliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News