kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Platinum diterpa skandal Volkswagen


Senin, 05 Oktober 2015 / 19:25 WIB
Platinum diterpa skandal Volkswagen


Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Harga platinum di sepanjang kuartal III-2015 turun 15,9%. Adanya kelebihan pasokan serta turunnya permintaan membuat harga terus terkikis.

Mengutip Bloomberg, Senin (5/10) pukul 14.00 WIB harga platinum kontrak pengiriman Januari 2016 di bursa Commodity Exchange naik 0,8% dari sehari sebelumnya menjadi US$ 917 per ons troi. Sejak awal tahun harga platinum terjun 24,5%.

Di awal tahun, permintaan platinum dari Amerika Serikat (AS), Eropa, dan Rusia masih tinggi sehingga harga mencatat level tertinggi pada akhir Januari, yakni di US$ 1.293,4 per ons troi. Namun, pekan lalu platinum mencatat level terendah di US$ 905,2 per ons troi.

Deddy Yusuf Siregar, Research and Analyst PT Fortis Asia Futures mengatakan meningkatkan persediaan platinum dari produsen di Afrika Selatan membebani pergerakan harga di sepanjang kuartal ketiga tahun ini di samping spekulasi kenaikan suku bunga The Fed. Apalagi, belum lama ini muncul skandal kecurangan emisis mobil Volkswagen mesin diesel yang menambah tekanan pada harga platinum. Pasalnya, platinum merupakan salah satu komponen yang digunakan dalam mobil dengan bahan bakar diesel.

“Skandal itu akan membuat pembeli beralih ke mobil dengan bahan bakar bensin sehingga muncul kekhawatiran permintaan platinum dari kendaraan diesel menurun,” ujar Deddy.

Deddy menduga skandal ini akan mempengaruhi pergerakan harga platinum hingga akhir tahun di tengah melambatnya permintaan dari China. Namun, harga platinum pada kuartal IV-2015 berpotensi menguat tipis setelah data tenaga kerja AS per September 2015 berada jauh di bawah ekspektasi. Hal itu mengurangi spekulasi akan kenaikan suku bunga The Fed tahun ini. “Spekulasi suku bunga The Fed menekan semua komoditas yang berbasis harga dollar AS,” lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×