kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Pinnacle proyeksi ETF bukukan return 3%-4% di atas acuan


Kamis, 01 Maret 2018 / 20:32 WIB
Pinnacle proyeksi ETF bukukan return 3%-4% di atas acuan
ILUSTRASI. Peluncuran produk ETF Pinnacle Investment


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Volatilitas pasar modal di tahun politik bukan alasan untuk tidak berinvestasi. Guntur Putra Presiden Direktur dan Chief Executive Officer (CEO) PT Pinnacle Persada Investama mengatakan, investor bisa memanfaatkan setiap situasi dan waktu.

Guntur mengatakan, instrumen investasi yang menarik untuk dimiliki pada tahun politik adalah reksadana berbasis saham, salah satunya exchange traded fund (ETF), "Investasi di reksadana ETF membuat investor lebih fleksibel karena bisa keluar masuk kapan saja dalam waktu perdagangan bursa," paparnya, Kamis.

Selain itu, ETF memberikan nilai lebih dalam hal diversifikasi dibandingkan dengan berinvestasi langsung di saham. "Investor bisa langsung mendapatkan basket of stocks hanya dengan sekali beli di market, sehingga risiko dalam berinvestasi jauh lebih terjaga," kata Guntur.

Selain reksadana ETF, Guntur melihat reksadana pasar uang juga menarik. Sebab, produk ini cocok bagi investor yang ingin berinvestasi dengan karakteristik yang lebih defensif.

Khusus produk ETF besutan Pinnacle, Guntur memproyeksikan bisa memberikan return lebih besar sekitar 3%-4% dari pasar atau indeks acuan.

Sementara, untuk reksadana pasar uang, Pinnacle menggunakan strategi yang fokus pada likuiditas sehingga return diproyeksikan setara dengan deposito.

Guntur memproyeksikan volatilitas pasar di tahun 2018 akan lebih dipengaruhi faktor eksternal. Salah satunya, kenaikan suku bunga The Federal Reserves dan rencana penurunan balance sheet bank sentral AS. Menurutnya, aksi AS akan sangat berpengaruh kepada [pasar global, terutama emerging market seperti Indonesia.

Selain sentimen dari AS, Guntur bilang, sentimen dari European Central Bank (ECB) yang akan berhenti melakukan quantitative easing bisa berpengaruh ke pasar Indonesia. "Belum lagi isu-isu politik seperti Korea Utara dan Rusia, hal ini akan menciptakan sentimen yang akan berpengaruh pada pergerakan market di Indonesia," paparnya.

Dengan kondisi tersebut, Guntur menyarankan pelaku pasar tetap berinvestasi secara berkala. "Stay invested dan regular adalah langkah yang paling tepat untuk dapat terus berinvestasi di setiap jenis kondisi pasar, karena pada intinya investor bukan merupakan spekulator," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×