kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Pilih-Pilih Saham BUMN Sehat Untuk 2024


Senin, 18 Desember 2023 / 20:27 WIB
Pilih-Pilih Saham BUMN Sehat Untuk 2024
ILUSTRASI. Emiten pelat merah mencetak pertumbuhan yang bervariasi.


Reporter: Yuliana Hema | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten pelat merah mencetak pertumbuhan yang bervariasi. Ada yang menggembirakan di sektor perbankan, tetapi ada yang mengecewakan dari sektor konstruksi. 

Teranyar, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) menunda pembayaran pokok Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I Wijaya Karya Tahap I Tahun 2020 Seri A (SMWIKA01ACN1) yang jatuh tempo ada 18 Desember 2023. 

Imbasnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan sementara perdagangan WIKA. Pefindo juga memangkas peringkat surat berharga WIKA menjadi idCCC dengan kategori Credit Watch. 

Pengamat Pasar Modal dan Direktur Avere Investama Teguh Hidayat menuturkan, memang kondisi WIKA semakin terpuruk karena menderita kerugian dan beban utang yang menumpuk. 

Debt to equity ratio (DER) WIKA mencapai 787,63%. Ini masih lebih rendah dibanding DER PT Waskita Karya Tbk (WSKT) yang mencapai 1.342,71%. 

"Kemungkinan suspensi WIKA masih akan lama, sama dengan WSKT yang dari awal tahun belum dibuka-buka," kata Teguh saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (18/12).

Baca Juga: Saham WIKA Disuspensi BEI, Bagaimana Nasibnya Nanti?

Dia menilai gagal bayar yang menimpa BUMN Karya ini tidak akan berimbas pada prospek emiten pelat merah lainnya, termasuk bank-bank milik negara sebagai kreditur. 

"Tidak semua BUMN bermasalah, hanya BUMN Karya saja. Kalau perbankan dan tambang masih aman," kata Teguh.

Ini tercermin dari setoran dividen BUMN kepada negara. Per Desember 2023, secara konsolidasi dividen BUMN telah mencapai Rp 81,5 triliun. 

Tingginya dividen ditopang oleh perbankan sebesar Rp 40,8 triliun dan nonbank Rp 40,7 triliun. Raihan ini telah menembus target atau setara dengan 100,9%.

Baca Juga: Budi Said Mohonkan PKPU Terhadap Aneka Tambang (ANTM), Ini Kata Ekonom

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, pencapaian itu bisa menjadi sentimen positif bagi BUMN tahun depan. 

"Hal ini menunjukkan kinerja BUMN yang terus melakukan perbaikan dan pemulihan untuk berada di jalan yang benar," kata Nico. 

Bukan berarti para emiten BUMN terlena. Masih banyak tantangan tahun depan karena ada gelaran pemilihan umum (Pemilu). 

"Tahun depan diharapkan target dividen akan menjadi Rp 85 triliun yang diharapkan bisa tercapai dan akan disambut baik oleh investor," tutur Nico. 

Baca Juga: Window Dressing dan Isu Merger Menyetir Saham BUMN Karya

Saham BUMN Pilihan

Dari sejumlah sektor di BUMN, sektor perbankan masih menjadi unggulan. Saham pilihan Pilarmas Investindo Sekuritas jatuh pada BBRI, BMRI, BBNI, BRIS, dan BBTN

Nico bilang setiap perbankan memiliki segmen konsumennya masing-masing. Kelima himpunan bank negara (Himbara) itu mampu menjaga pertumbuhan kreditnya dan mengelola NPL.

"BBTN menjadi menarik, karena adanya insentif di sektor properti. Sementara BRIS punya pangsa pasar syariah yang besar," kata dia. 

Baca Juga: MIND ID Raih Penghargaan The Best Mining Downstream Transformation

Dalam hitungannya, BBRI punya target harga di Rp 6.350 per saham, BBNI dengan target di Rp 5.700 per saham, BMRI di harga Rp 6.800 per saham, BRIS dengan target di Rp 2.100 per saham, dan BBTN di Rp 1.600 per saham. 

Selain sektor perbankan, Nico menyebut sektor infrastruktur juga bisa menjadi pilihan. Dia menilai JSMR dan TLKM masih menarik untuk dicermati. 

Teguh menyarankan investor untuk lebih cermat dan teliti dalam memilih saham-saham BUMN. Ada dua hal utama yang menjadi perhatian, pertama posisi utang dan struktur permodalan. 

"Kata kuncinya adalah utangnya aman dengan DER rendah. Selain itu memiliki struktur permodalan yang kuat seperti perbankan," kata dia. 

Untuk tahun depan Teguh menilai saham sektor perbankan dan tambang bisa dilirik. Apalagi INCO resmi masuk menjadi bagian MIND ID akan menjadi pilihan yang menarik. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×