Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham sejumlah emiten BUMN Karya terpantau naik pada perdagangan Kamis (14/12). Melansir RTI, saham PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) naik 4,85% pada hari Kamis lalu. Dalam perdagangan 5 hari terakhir, saham ADHI naik 12,91%.
Saham PT PP (Persero) Tbk (PTPP) naik 4,85% pada hari Kamis lalu. Dalam seminggu, saham PTPP naik 0,95%.
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) sahamnya tercatat naik 24,10% pada hari Kamis kemarin. Dalam perdagangan 5 hari terakhir, saham WIKA naik 35,39%.
Saham PT Adhi Commuter Properti Tbk (ADCP) juga naik 4% hari Kamis. Saham PT PP Presisi Tbk (PPRE) ikut naik 1,3% hari Kamis. PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON) sahamnya juga naik 11,01% di hari yang sama.
Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy melihat, kinerja saham BUMN Karya pada akhir tahun kemungkinan disebabkan oleh adanya window dressing.
Baca Juga: Simak Rekomendasi dan Prospek Kinerja PTPP di 2024
Kinerja BUMN Karya dalam waktu dekat juga dinilai akan sedikit positif. Sebab, suntikan Penyertaan Modal Negara (PMN) akan membuat cashflow mereka sedikit membaik.
Selanjutnya, kinerja Perseroan akan kembali tergantung kontrol dari proyek-proyek yang telah dimenangkan.
“Apakah nanti (proyek-proyek itu) bisa menguntungkan secara bisnis atau tidak,” ujarnya kepada Kontan, Minggu (17/12).
Sayangnya, kenaikan saham emiten-emiten BUMN Karya dilihat tidak akan berlangsung lama.
“Paling lama hingga laporan keuangan tahun 2023 yang audited keluar di sekitar bulan Maret 2024, atau hanya sekitar 2 bulan maksimal,” ungkapnya.
Menurut Budi, kinerja emiten BUMN Karya dibayangi sejumlah sentimen negatif ke depannya. Salah satunya adalah kenaikan suku bunga di tahun 2024.
“Lalu, kenaikan harga-harga material project akibat kenaikan kurs dan inflasi,” tuturnya.
Namun, bukan berarti tidak ada sentimen positif yang kemungkinan bisa mendorong kinerja emiten BUMN Karya di tahun depan.
Pertama, penggabungan beberapa BUMN Karya diharapkan akan menciptakan efisiensi dan transparansi dalam pengelolaan keuangan.
Kedua, kinerja BUMN Karya bisa terkerek jika mereka fokus pada jasa konstruksi, bukan sebagai pemilik proyek.
Baca Juga: Usai Melejit 82,73%, Begini Rekomendasi Saham Pilihan dari Sektor Infrastruktur
Ketiga, divestasi aset. Menurut Budi, divestasi aset bisa memberikan dampak positif ke kinerja BUMN Karya.
“Karena ada aliran dana baru yang bisa mengatasi likuiditas Perseroan dengan cara melunasi utang-utang mereka,” paparnya.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis Setyo Wibowo menilai, kenaikan saham emiten BUMN Karya disebabkan oleh isu merger yang tengah beredar.
“Kenaikan emiten BUMN Karya ini diakibatkan adanya sentimen merger dari PTPP dan WIKA,” ujarnya kepada Kontan, Minggu (17/12).
Asal tahu saja, WIKA dan PTPP dikabarkan akan merger. Namun, baik dari manajemen WIKA dan PTPP belum ada yang mengonfirmasi rencana merger tersebut.
Meskipun begitu, manajemen WIKA dan PTPP mengaku, siap jika Kementerian BUMN akan menggabungkan kedua Perseroan.
Menurut Azis, kinerja emiten BUMN Karya pada tahun 2024 diprediksi masih tertekan. Sebab, liabilitas para emiten BUMN Karya masih tinggi.
“Misalnya, WIKA memiliki debt to equity ratio (DER) sebesar 7,87 kali,” tuturnya.
Baik Budi maupun Azis belum memberikan rekomendasi ataupun proyeksi BUMN Karya mana yang kinerjanya paling baik.
Azis menyarankan, investor untuk wait and see terlebih dahulu untuk emiten-emiten BUMN Karya.
“Atau manfaatkan momentum technical rebound untuk trading jangka pendek,” paparnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News