Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) menargetkan volume penjualan gas bumi pada tahun 2024 meningkat 4%. Kenaikan ini seiring naiknya pasokan dari sejumlah blok seperti Jambi Merang, Jambaran Tiung Biru (JTB), Pangkah, dan Muriah.
Per kuartal III-2023, PGAS mengalami kenaikan volume niaga gas sebesar 5% dari semula 894 BBTUD menjadi 935 BBTUD. Peningkatan volume niaga gas secara year-on-year (YoY) didorong oleh peningkatan volume pemakaian gas oleh pelanggan industri, komersial dan rumah tangga.
Adapun konsumsi PGAS berdasarkan segmentasi pelanggan masih didominasi oleh pembangkit listrik yakni 33%, disusul industri kimia 13%, serta industri makanan, pupuk, dan keramik masing-masing 8%.
Bersamaan, volume transmisi PGAS juga naik 8% YoY menjadi 1.444 MMSCFD. Peningkatan volume transmisi terutama dikontribusikan dari peningkatan penyaluran gas seiring dengan peningkatan permintaan dan mengalirnya gas bumi dari lapangan JTB melalui pipa transmisi Gresik-Semarang.
Baca Juga: Pendapatan & Laba Sido Muncul (SIDO) Diprediksi Turun 10% di 2023, Ini Penyebabnya
PGAS juga aktif mencari pelanggan baru hingga pengembangan jaringan gas rumah tangga. PGAS menargetkan menambah 100.000 sambungan rumah tangga (SR) gas tahun depan. Sampai saat ini, PGAS telah mengelola sekitar 835.000 sambungan rumah tangga.
Direktur Infrastruktur dan Teknologi PGAS Harry Budi Sidharta mengatakan, PGAS berupaya mencari peluang pasar di wilayah yang layak secara keekonomian dan memiliki daya beli yang sesuai.
“Karena segmen jaringan gas PGAS adalah kalangan menengah atas dengan target pengguna gas LPG non subsidi,” terang Harry, Rabu (29/11).
Di sisi lain, Direktur Sales dan Operasi PGAS Ratih Esti Prihatini berharap pemerintah mengevaluasi skema Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT). Sebab, hingga saat ini, PGAS belum menerima kompensasi atas penerapan HGBT dari pemerintah.
“Karena HGBT mengurangi penerimaan negara pada sektor hulu migas,” terang Ratih.
Baca Juga: Sampai Kuartal III, Duta Pertiwi (DUTI) Sudah Serap Capex hingga Rp 850 Miliar
Ratih menyebut, PGAS telah menjalankan skema HGBT kepada sektor tertentu sejak April 2022. Di sisi lain, PGAS tidak menampik adanya penurunan margin akibat penerapan skema HGBT.
Nantinya, jika skema HGBT berakhir pada 2024, PGAS akan melakukan penyesuaian harga secara bertahap hingga membuat margin menjadi lebih baik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News