Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memiliki prospek yang apik menjadi salah satu daya tarik saham big cap sebagai pilihan para investor. Sejumlah harga saham emiten dengan kapitalisasi pasar di atas Rp 100 triliun ini kompak menguat.
Kepala Riset FAC Sekuritas Indonesia Wisnu Prambudi Wibowo menilai, sekarang ini saham-saham big cap memiliki prospek yang menarik. Beberapa pendorongnya yakni potensi dividen yang dibagikan setiap tahun, pertumbuhan bisnis yang sudah stabil, serta kondisi makro domestik yang tumbuh dengan baik di tengah ketidakpastian global.
Terutama, kata Wisnu, saham-saham dari sektor perbankan dan telekomunikasi. Sebab, selama ekonomi dalam fase pertumbuhan maka penyaluran kredit akan mengikuti dan tentu saja kebutuhan paket data turut meningkat.
Menurutnya, digitalisasi mendorong permintaan paket data untuk mengakselerasi bisnis. Di saat yang sama, jumlah pelanggan smartphone di Indonesia terus bertumbuh sejalan dengan harga smartphone yang semakin terjangkau, sehingga meningkatkan penetrasi pengguna smartphone sampai tahun 2024 serta berpotensi mencapai 87% dari total populasi Indonesia.
Baca Juga: Simak Saham Pilihan yang Layak Koleksi Bulan Ini
"Hal tersebut juga in line dengan tingginya penggunaan internet di Indonesia, yang pada awal tahun 2021 sampai kuartal pertama 2022 sudah mencapai 77,02% dari yang sebelumnya sebesar 73,7%," tuturnya pada Kontan, Senin (5/9).
Melihat pergerakan saham-saham big cap yang kompak menguat, Wisnu menjelaskan, hal tersebut selaras dengan raihan kinerja emiten yang mayoritas meningkat pada semester pertama tahun ini.
Lalu, PDB Indonesia juga tumbuh dengan baik dibandingkan global, penyaluran kredit perbankan tumbuh di atas 10% pada semester II-2022, dan arus dana asing yang terus terjadi di IHSG.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, hingga Agustus 2022 ada sebanyak 16 saham yang tergabung dalam jajaran saham-saham big cap. Saham-saham tersebut meliputi BBCA, BBRI, TLKM, BMRI, GOTO, ASII, BYAN, TPIA, UNVR, BBNI, UNTR, EMTK, ARTO, ADRO, HMSP, dan MDKA.
Nah, dari sejumlah saham tersebut memang ada yang pergerakan sahamnya masih terkoreksi, misalnya saham GOTO yang melemah 11,88% dalam sepekan, kemudian EMTK terkoreksi 1,61% dalam sepekan, ARTO yang turun 0,61% dalam sepekan, HMSP turun 0,55% dalam sepekan, dan MDKA yang melemah 073%.
Baca Juga: Saham Big Caps Ini Jadi Incaran Investor Asing, Mana yang Menarik?
Wisnu menambahkan, penurunan kinerja 5 saham big cap ini dipengaruhi oleh berbagai faktor. Misalnya, GOTO belum mampu mencetak laba bersih, selanjutnya beban HMSP yang terpantau naik, termasuk pita cukai yang lebih besar sehingga secara laba bersih justru mengalami kinerja pada paruh pertama 2022.
"Untuk ARTO, kami melihat penurunannya disebabkan valuasinya yang sudah mahal, sehingga investor lebih rasional dalam melakukan pembeliannya," imbuh Wisnu.
Baca Juga: Saham Big Caps Ini Jadi Incaran Investor Asing, Mana yang Menarik?
Secara keseluruhan, Wisnu bilang memang valuasi saham-saham big cap ini sudah tidak murah untuk emiten yang memiliki kinerja baik, yang mana diikuti kenaikan harga yang sudah cukup tinggi di sepanjang semester 2 ini.
Secara terpisah, Analis Kanaka Hita Solvera Raditya Krisna Pradana melihat valuasi saham BBRI masih terbilang murah. Melihat RTI, saat ini BBRI diperdagangkan dengan harga Rp 4.590 dengan PBV 2,46 kali.
Radit memberikan rekomendasi buy untuk saham BBRI dengan TP di Rp 4.980 per saham dan BBNI dengan target di Rp 9.900 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News