kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Perusahaan start up belum juga IPO, ini penjelasan BEI


Minggu, 16 Juni 2019 / 15:57 WIB
Perusahaan start up belum juga IPO, ini penjelasan BEI


Reporter: Sinar Putri S.Utami | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) masih menargetkan setidaknya dua sampai tiga perusahaan rintisan atawa start up untuk menawarkan sahamnya ke publik atau initial public offering (IPO).

Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan, pihaknya sudah melakukan beberapa upaya agar target tersebut tercapai. "Pokoknya bursa memberi kesempatan untuk me-maintain para perusahan start up yang siap diajak rising fund meski perusahaann itu baru berdiri," jelasnya belum lama ini.

Tapi memang, ada beberapa alasan mengapa para start up, khususnya unicorn masih mengurungkan niatnya untuk IPO. "Kami sudah ketemu dengan para unicorn, jadi mereka tentu punya pihak yang namanya investor sebagai menyuntik dana," tambah dia.

Apalagi investor tersebut tidak hanya berasal dari Indonesia, tapi juga dari luar negeri. Tentu, hal tersebut mempengaruhi keputusan perusahaan, karena selaku investor pasti memiliki kepentingan.

"Termasuk soal IPO dan mau dimana (IPO dilakukan)," lanjut Nyoman. Maka itu, kembali lagi, ini berhubungan dengan startegic decision making yang dipertimbangkan oleh investor, yang telah menyuntik dana dan masih ada disitu.

Apalagi, sebagai perusahaan publik memiliki konsekuensi untuk membuat manajemen profesional. Sebab, kalau sudah menggunakan dana publik, maka perusahaan juga harus siap memiliki kontrol sosial yang tinggi.

BEI juga tidak bisa menyalahkan start up itu sendiri, karena memang risiko adanya investor membuat perusahaan tergantung ketika mengambil keputusan. Tapi, BEI sendiri, kata Nyoman, sudah berusaha untuk mempermudah masuknya start up ke bursa saham.

Misalnya, start up tidak perlu menunggu asetnya besar jika ingin IPO. Bahkan dengan aset menengah dengan nilai Rp 50 miliar, BEI membuka kesempatan untuk tumbuh di bursa. Kemudian, dari sisi operasional yang baru merintis sekitar 12 bulan juga diberi kesempatan.

"Yang penting, kita melihat dari sustainbility-nya dan gimana model bisnis, yang penting dengan diberikab kesempatan rising fund di pasar modal, dia (start up) juga bisa atribusi balik kepada investor kok," kata Nyoman.

Asal tahu saja, saat ini BEI sudah membuat IDX Incubator Guan memberi gambaran kepada para start up untuk melantai di bursa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×