Reporter: Aris Nurjani | Editor: Noverius Laoli
Kedua yaitu volume distribusi gas CAGR turun 6% karena lebih kuat karena pertumbuhan ekonomi pasca Covid19 dan CAGR harga sebaran gas sebesar turun 6% karena kenaikan harga khusus dan biaya pembaruan kontrak yang lebih tinggi dengan blok Koridor.
Hasbie memperkirakan pendapatan Saka energi dan EBITDA meningkat dari rata-rata US$ 400 juta / US$260 juta masing-masing pada tahun 2017/2021 menjadi US$ 527 juta/408 juta pada tahun 2022/2024.
"Hal ini akan menjadi positif untuk margin EBITDA PGAS karena mengingat margin Saka sekitar 77% jauh lebih tinggi dibandingkan dengan distribusi gas sebanyak 22%," ucap Hasbie.
Baca Juga: Asia Tengah Cari Akal untuk Memerangi Lonjakan Inflasi, Bagaimana Indonesia?
Sebagai hasilnya, Hasbie mengharapkan kontribusi EBITDA Saka meningkat dari hanya 27% pada 2017–2021 hingga sekitar 37% pada 2022–2024.
Hasbie merekomendasikan untuk PGAS dengan rating BUY dan TP Rp2.300/sh.
Hasbie percaya PGAS memiliki banyak ruang untuk penilaian ulang seperti yang dilakukan karena pasar belum sepenuhnya menghargai kenaikan dari Saka. Selain itu, ia memperkirakan PGAS menjadi salah satu pesaing utama untuk penyertaan MSCI berikutnya pada 22 November.
Hasbie mengatakan risiko utama yang terjadi pada PGAS adalah minyak yang lebih rendah dengan asumsi harga dan cakupan yang lebih tinggi untuk harga gas khusus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News