kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   1,00   0,01%
  • IDX 7.048   64,41   0,92%
  • KOMPAS100 1.051   11,06   1,06%
  • LQ45 826   9,15   1,12%
  • ISSI 214   1,72   0,81%
  • IDX30 421   5,22   1,25%
  • IDXHIDIV20 508   6,31   1,26%
  • IDX80 120   1,37   1,15%
  • IDXV30 125   1,04   0,84%
  • IDXQ30 141   1,60   1,15%

Pertumbuhan laba emiten bisa 12% di tengah momentum pemilu


Kamis, 11 April 2019 / 19:12 WIB
Pertumbuhan laba emiten bisa 12% di tengah momentum pemilu


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Schroders Investment Management Indonesia memprediksi pertumbuhan laba emiten mayoritas di 2019 bisa tumbuh antara 12%-13%. Adapun aset yang menarik dilirik saat ini yaitu reksadana saham dan reksadana obligasi.

Executive Vice President PT Schroders Investment Management Indonesia M Renny Raharja mengatakan, dengan price earning ratio (PE) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat ini yang berkisar 15,77 kali, Schroders memperkirakan pertumbuhan laba emiten mayoritas bisa naik hingga 12% tahun ini.

Menurutnya, ketika harga indeks naik, pertumbuhan laba naik, maka PE diperkirakan masih berada di kisaran 15 kali. Ini karena, asing akan melihat dari level atraktif atau tidak, lantaran ketika indeks naik namun laba tidak mendukung maka yang terjadi valuasi akan mahal.

"Tapi, sekarang kita lihat pertumbuhan laba lebih kondusif dan itu jadi momentum," jelasnya.

Adapun sektor yang menurutnya masih menarik tahun ini adalah sektor perbankan, konsumer, telekomunikasi dan otomotif. Dengan saham-saham yang menjadi pilihan utama, yakni saham dengan kapitalisasi pasar besar atau big caps.

Apalagi, dengan melihat perkembangan ekonomi dan sentimen Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve) saat ini, maka Bank Indonesia (BI) memiliki ruang untuk memangkas suku bunga acuannya di akhir tahun. Dengan syarat lainnya, stabilitas nilai tukar terjaga dan inflasi bergerak sesuai harapan.

Tahun ini, Schroders memprediksi hingga akhir tahun nilai tukar rupiah akan bergerak pada kisaran Rp 13.800-Rp 14.500 per dollar AS. Adapun untuk defisit transaksi berjalan (CAD) diperkirakan berada di kisaran US$ 2,5 miliar, dengan harapan di akhir tahun bisa lebih rendah lagi.

"Kalau kondisi minggu depan stabil, asing akan masuk dan saham-saham big cap akan dicari, karena sekarang harganya sudah lumayan murah dan lebih menguntungkan," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×