Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Noverius Laoli
Achmadi memperkirakan, pada akhir 2024, rasio NPL BBCA akan terus membaik menjadi 2,03%, meskipun masih lebih tinggi daripada level NPL di 2023.
Tren pertumbuhan laba bersih mencapai dua digit BBCA juga diproyeksi masih terus berlanjut. Rasio NIM 5,80% per akhir kuartal kedua 2024. Proyeksinya, rasio NIM BBCA akan menjadi 6,20% hingga akhir tahun.
Laba diharapkan naik sebesar 14,75% yoy atau mencapai Rp 55,82 triliun, ungkap Achmadi dalam riset 2 Agustus 2024.
Selain itu, Achmadi mengamati adanya kontribusi positif pula dari aplikasi seluler BBCA terhadap volume transaksi Kedua aplikasi tersebut adalah BCAmobile dan myBCA yang telah berdampak signifikan terhadap bisnis BBCA. Transaksi menunjukkan pertumbuhan 21% yoy, mencapai Rp 17 miliar pada semester I-2024.
Baca Juga: Penyaluran Kredit Solid dan Aset Berkualitas, Intip Rekomendasi Saham BBCA
Analis NH Korindo Sekuritas, Leonardo Lijuwardi menyebutkan, katalis positif bagi BBCA adalah performa operasional yang optimal dan efisien.
Ini didukung oleh pertumbuhan penyaluran kredit, performa kualitas aset portofolio yang semakin sehat. Dengan demikian, maka mengarah pada NIM yang lebih ekspansif.
Namun perlu diperhatikan pula risiko antara lain adalah situasi makro yang cenderung tidak kondusif dan stabil. Leonardo merekomendasikan overweight BBCA dengan target harga Rp 11.500 per saham.
Achmadi mempertahankan buy BBCA dengan target harga Rp 11.625. Andrey mempertahankan buy BBCA dengan target harga Rp 12.060 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News