kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Penyaluran Kredit Solid dan Aset Berkualitas, Intip Rekomendasi Saham BBCA


Rabu, 28 Agustus 2024 / 21:48 WIB
Penyaluran Kredit Solid dan Aset Berkualitas, Intip Rekomendasi Saham BBCA
ILUSTRASI. Bank Central Asia (BBCA) mencatatkan kinerja apik di sepanjang semester I-2024.


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mencatatkan kinerja apik di sepanjang semester I-2024. Pertumbuhan pinjaman Bank BCA tetap solid disertai performa kualitas aset yang sehat.

Analis NH Korindo Sekuritas Leonardo Lijuwardi memandang, BBCA masih melanjutkan dan mencetak pertumbuhan penyaluran kredit yang impresif hingga semester I-2024. Total kredit yang disalurkan naik sejumlah 15,5% YoY dan 1,7% QoQ menjadi sekitar Rp 850 triliun.

Pertumbuhan kredit emiten saham big caps ini terpantau masih bertumbuh dua digit di hampir semua segmen, kecuali segmen komersial secara basis tahunan. Segmen Korporasi menjadi segmen penyumbang utama penyaluran kredit dari BBCA yang bertumbuh 19,9% YoY menjadi Rp 388,6 triliun.

“Penyaluran kredit BBCA masih cukup kuat di semua segmen, dengan segmen korporasi sebagai tonggak utama tetap melaju,” tulis Leonardo dalam riset 26 Juli 2024.

Leonardo mencermati, kredit segmen korporasi Bank BCA sebagian besar disalurkan menuju ke sektor mineral & pertambangan, sekaligus downstreaming (smelter). Selain itu, kredit BBCA disokong oleh penyaluran ke segmen konsumen salah satunya berkat program BCA Expoversary 2024, sehingga kredit kendaraan bermotor (KKB) dan kredit pemilikan rumah (KPR) serta paylater terpantau naik.

Baca Juga: Tren Laba Naik Dua Digit Berlanjut, Simak Rekomendasi Saham Bank Central Asia (BBCA)

Analis Ciptadana Sekuritas Asia Erni Marsella Siahaan mengamati, pertumbuhan kredit BBCA sebenarnya sedikit melambat menjadi 15,4%YoY pada kuartal kedua dibandingkan 17% YoY pada kuartal pertama tahun ini. Pertumbuhan kredit secara triwulanan juga melambat menjadi 1,7% QoQ pada kuartal kedua dari 3,0% QoQ pada triwulan sebelumnya.

Terlepas dari itu, kredit korporasi tetap menjadi pendorong terkuat pinjaman emiten bank swasta terbesar di Indonesia tersebut dengan pertumbuhan sebesar 19% YoY dan datar secara kuartalan. Bank BCA tetap optimistis permintaan kredit korporasi akan berlanjut pada kuartal ketiga yang akan didorong oleh segmen kredit investasi, khususnya di sektor mineral dan hilir.

Di samping itu, kredit konsumen juga tetap kuat pada 14% YoY dan 4% QoQ. Penggerak utama dalam segmen konsumen tetap kredit kendaraan bermotor. Terkhusus segmen pinjaman konsumen, pertumbuhan pinjaman hipotek membaik menjadi 11% YoY dengan pertumbuhan triwulanan membaik secara signifikan menjadi 4% QoQ pada kuartal kedua dibandingkan 0% QoQ pada kuartal pertama 2024.

Baca Juga: Mandiri Sekuritas Kerek Target IHSG Menjadi 7.800 di Akhir 2024

Secara kumulatif, laba Bank BCA tumbuh 11% YoY menjadi Rp 26,9 triliun pada semester pertama. Hasil ini sesuai dengan ekspektasi dan konsensus untuk proyeksi kinerja BBCA di tahun 2024.

Margin bunga bersih atawa net interest margin (NIM) kumulatif berada di 6,5% selama semester I-2024, bergerak datar dari tahun ke tahun. Sementara itu, biaya kredit alias cost of credit (CoC) kumulatif BBCA sebesar 0,3% pada semester I-2024, dibandingkan 0,3% pada semester I-2023 dan lebih baik dari estimasi sebesar 0,4%.

Erni mengamati, BBCA mampu mencetak NIM yang solid di tengah likuiditas yang ketat dan lingkungan suku bunga yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh loan to deposit ratio (LDR) mereka yang kini lebih optimal di angka 74% per kuartal kedua 2024 daripada 73% per kuartal pertama 2024 dan 67% per kuartal kedua 2023.

Meskipun terjadi pengetatan likuiditas, BBCA masih memiliki ruang yang cukup untuk lebih mengoptimalkan LDR. Bank BCA juga berhasil menumbuhkan CASA secara stabil sebesar 6% YoY, yang mendukung pertumbuhan pendanaan keseluruhan sebesar 5% YoY.

“LDR yang lebih baik dan kontribusi pinjaman yang lebih tinggi menghasilkan NIM yang kuat,” ujar Erni dalam riset 25 Juli 2024.

Baca Juga: Saham-Saham Big Cap Menyeret IHSG dari Level Tertinggi

Dari sisi kualitas kesehatan aset, kredit macet atawa non performing loan (NPL) BBCA mengalami kenaikan 30 Bps secara tahunan menjadi 2,2% per semester I-2024. Kenaikan NPL berasal dari sektor konsumer, UKM, dan dan commercial banking.

Walaupun NPL terkontraksi, level loan at risk (LAR) BBCA melanjutkan tren penurunan ke level 6,4% per akhir semester I-2024. Selain itu, level cost of credit (CoC) BBCA secara kuartalan turun –20 Bps menjadi 0,3% dan masih sejalan dengan panduan dari manajemen.

“Meskipun ada sedikit peningkatan NPL, kami telah menurunkan asumsi biaya kredit (CoC) BBCA menjadi 0,35% pada 2024 dari 0,45% sebelumnya. Hal itu mengingat kinerja Bank BCA yang solid pada semester I-2024,” imbuh Erni.

Leonardo menyoroti CASA Bank BCA masih mampu bertumbuh di tengah tantangan ketatnya likuiditas. “Sebagai bank dengan rasio CASA terbaik di Indonesia, BBCA bisa memanfaatkan momentum dari kondisi limpahan CASA tersebut sembari dengan menjaga NIM yang stabil di tengah ketatnya likuiditas,” ujar Leonardo.

Baca Juga: IHSG Rekor Lagi, BREN Menggeser BBCA Sebagai Saham Dengan Market Cap Terbesar

Erni menegaskan kembali peringkat buy untuk BBCA dengan target harga lebih tinggi menjadi sebesar Rp 11.600 per saham dari sebelumnya Rp 10.900 per saham. Sedangkan, Leonardo menyematkan rating overweight untuk BBCA dengan target harga di level Rp 11.500 per saham.

Leonardo menyebutkan, katalis positif bagi BBCA adalah performa operasional yang optimal dan efisien didukung oleh pertumbuhan penyaluran kredit, performa kualitas aset portofolio yang semakin sehat. Dengan demikian, maka mengarah pada NIM yang lebih ekspansif.

Namun perlu diperhatikan pula risiko negatif BBCA antara lain adalah situasi makro yang cenderung tidak kondusif dan stabil, serta ekspektasi pertumbuhan pinjaman dan kinerja yang tidak bertumbuh sesuai dengan harapan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×