Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan jumlah dana kelolaan atau asset under management (AUM) industri reksadana di Februari 2019 melambat karena kinerja pasar saham negatif.
Berdasarkan data Infovesta Utama dan tidak termasuk AUM reksadana berbasis dollar dan penyertaan terbatas, dana keolaan reksadana per Februari tumbuh Rp 13,84 triliun sejak awal tahun menjadi Rp 497,26 triliun.
Sebagai perbandingan, di periode yang sama tahun lalu pertumbuhan dana kelolaan terjadi lebih besar dengan tumbuh Rp 32,33 triliun.
Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, awal tahun lalu indeks harga saham gabungan (IHSG) melaju kencang menyentuh level 6.600 sementara hingga saat ini IHSG mentok di level 6.500.
"Jadi memang terjadi perlambatan pertumbuhan tetapi jumlah dana kelolaan tetap tumbuh lebih besar," kata Wawan, Senin (11/3).
Di satu sisi, memang dana kelolaan reksadana berbasis saham cukup berkontribusi besar pada pertumbuhan dana kelolaan industri reksadana. Tak heran, bila pertumbuhan dana kelolaan di Februari melmabat karena mendapat tekanan dari turunnya dana kelolaan reksadana saham sebesar Rp 2,51 triliun secara bulanan menjadi Rp 147,73 triliun.
Wawan mengamati turunnya dana kelolaan reksadana saham terjadi karena penurunan kinerja portofolio IHSG, bukan karena terjadi akibat aksi redemption. Tercatat, selama Februari 2019 IHSG terkoreksi 1,37%.
Selanjutnya, reksadana campuran juga catatkan penurunan dana kelolaan sebesar Rp 104,9 miliar secara bulanan menjadi Rp 28,82 triliun.
Direktur Panin Asset Management Rudiyanto mengatakan, reksadana campuran di Indonesia mayoritas memiliki bobot yang lebih besar pada saham, sehingga dana kelolaan ikut turun.
Reksadana berbasis saham lainnya, seperti reksadana indeks juga tercatat turun dana kelolaanya sebesar Rp 94,32 miliar menjadi Rp 5,5 triliun. Namun, dana kelolaan reksadana exchange traded fund (ETF) masih tumbuh sebesar Rp 11 miliar menjadi Rp 12,24 triliun.
Sedangkan, reksadana pasar uang catatkan pertumbuhan dana kelolaan paling besar, Rp 2,24 triliun secara bulanan menjadi Rp 57,54 triliun.
Wawan mengatakan dana kelolaan pasar uang naik karena terdorong yield yang juga menarik dari suku bunga acuan BI seven days reverse repo rate yang berada di 6%. "Jauh lebih tinggi imbal hasilnya dari tahun lalu," kata Wawan.
Menurut pengamatan Rudiyanto, biasanya jika dana kelolaan reksadana saham turun, dana kelolaan reksadana pendapatan tetap akan ikut turun. Namun, kali ini berbeda, dana kelolaan reksadana pendapatan tetap tercatat naik Rp 1,47 triliun secara bulanan menjadi Rp 107,86 triliun.
Rudiyanto mengatakan, faktor yang mendorong dana kelolaan reksadana pendapatan tetap bisa tetap naik adalah harga obligasi pemerintah di Februari naik 1,5%. "Dana kelolaan reksadana pendapatan naik dari kenaikan aset dasarnya," kata Rudiyanto.
Wawan menambahkan stabilnya tingkat suku bunga acuan BI membuat harga obligasi cenderung membaik sejak akhir tahun lalu hingga saat ini dan membuat dana kelolaan reksadana pendapatan tetap tumbuh.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News