kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Pertemuan OPEC Akhir Pekan Ini Diharapkan Mengangkat Harga Komoditas Energi


Senin, 20 November 2023 / 19:10 WIB
Pertemuan OPEC Akhir Pekan Ini Diharapkan Mengangkat Harga Komoditas Energi
ILUSTRASI. Minyak mentah, batubara hingga gas alam mengalami penurunan harga dalam sepekan ataupun dalam sebulan terakhir.


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Komoditas energi tengah diselimuti banyak sentimen negatif. Minyak mentah, batubara hingga gas alam mengalami penurunan harga dalam sepekan ataupun dalam sebulan terakhir.

Senin (20/11) pukul 18.00 WIB, harga minyak mentah WTI berada di posisi US$ 76,97 per barel yang turun 1,54% secara mingguan dan turun 8,80% secara bulanan. Minyak mentah Brent juga terpantau anjlok menjadi US$ 81,54 per barel yang turun 1,18% secara mingguan dan 8,05% secara bulanan.

Harga gas alam turun sekitar 9,26% secara mingguan dan turun sekitar 11,37% secara bulanan ke level harga US$ 2,90 per mmbtu pada Senin (20/11) sore. Sedangkan, harga batubara di posisi US$ 123,25 per ton, sedikit lebih baik dengan pergerakan flat secara mingguan, tetapi terpantau sudah turun sekitar 11,65% pada posisi penutupan Jumat (17/11) lalu.

Pengamat komoditas Lukman Leong mencermati, tekanan pada harga komoditas energi belakangan ini umumnya disebabkan kondisi oversupply atau kelebihan pasokan. Tingginya produksi tidak diserap dengan baik saat permintaan tengah lesu.

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Memperpanjang Kenaikannya Senin (20/11), Brent ke US$81,18

Stok minyak mentah Amerika Serikat (AS) terus naik dan melebihi perkiraan. Di sisi lain kekhawatiran pasokan telah mereda seiring intensitas serangan antara Israel-Hamas perlahan berkurang.

Sementara itu, adanya sanksi yang dijatuhkan AS terhadap perusahaan-perusahaan minyak asal Rusia tidak berdampak besar bagi pergerakan harga minyak dunia. Rusia senantiasa menemukan celah untuk menjual produksi mereka. Rusia juga mengakhiri larangan ekspor BBM bensin, menyusul hal yang sama pada solar sebelumnya

Kalau penurunan harga batubara akibat produksi domestik China yang tinggi. Persediaan Gas alam US juga terus meningkat sejalan dengan kondisi cuaca yang lebih hangat.

“Umumnya terjadi oversupply pada ketiga komoditas energi tersebut,” ujar Lukman kepada Kontan.co.id, Senin (20/11).

Baca Juga: Harga Minyak Acuan Lanjut Menguat Tipis di Pagi Ini (20/11), Ini Faktor Pendorongnya

Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengatakan, harga minyak sudah turun sekitar 20% dari harga tertingginya di bulan September 2023 lalu. Anjloknya harga di tengah tanda-tanda pasokan yang kuat dan premi risiko perang yang ditimbulkan oleh konflik Israel-Hamas telah memudar.

Sutopo menjelaskan, harga minyak secara simultan berpengaruh pada harga gas alam dan batubara. Harga Gas alam turun US$ 1,23 Mmbtu atau sekitar 29,91% sejak awal tahun 2023, menurut perdagangan contract for difference (CFD).

Sementara itu, anjloknya harga batubara terutama disebabkan oleh kelebihan pasokan di pasar batubara Tiongkok akibat peningkatan produksi dalam negeri dan lonjakan besar impor batubara. Situasi ini semakin diperburuk dengan peningkatan impor batu bara sebesar 73% selama sembilan bulan pertama tahun ini, yang didorong oleh pasokan global yang lebih terjangkau.

“Akibatnya, pasar batubara telah beralih dari situasi kelangkaan beberapa tahun yang lalu, ke skenario dimana pasokan batu bara tersedia dalam jumlah besar,” kata Sutopo kepada Kontan.co.id, Senin (20/11).

Baca Juga: Harga Listrik Akan Naik di Era Transisi Energi, Ini Penjelasan Ahli

Sutopo melihat, saat ini harga komoditas energi terutama minyak dunia sedang menunggu pertemuan OPEC+ pada akhir pekan ini. Minyak mentah berjangka WTI menguat di atas US$76 per barel pada hari Senin (20/11), yang sukses melanjutkan kenaikan dari sesi sebelumnya.

Pada Jumat (17/11) pekan lalu, harga minyak mentah melonjak sekitar 4% setelah OPEC+ tengah mempertimbangkan untuk pengurangan pasokan tambahan ketika bertemu pada 26 November 2023.

Sutopo bilang, OPEC+ akan memperdalam pengurangan pasokan untuk mendukung harga minyak. Arab Saudi dan Rusia diperkirakan akan melanjutkan pemotongan sukarela tambahan pada awal tahun depan.

Baca Juga: PLN Tetap Pertahankan Operasional PLTU Hingga Kontrak Jual-Beli Listrik Berakhir

Lukman berpendapat bahwa harga energi masih akan tertekan oleh lemahnya permintaan dan tingginya pasokan. Namun, pertemuan OPEC+ diharapkan bisa memberikan dukungan pada harga mengingat harapan investor yang cukup besar apabila bakal ada langkah pemangkasan produksi kembali.

Harga minyak mentah yang diperkirakan akan didukung kebijakan OPEC+ akan meredakan sebagian tekanan pada batubara dan gas alam. Sementara adanya harapan pemulihan ekonomi global di tahun depan diharapkan bisa mengangkat kembali harga komoditas energi.

Menurut Lukman, harga minyak mentah WTI akan berkisar US$ 80 per barel–US$ 85 per barel di akhir tahun ini, apabila asumsi pertemuan OPEC+ benar-benar bisa mendongkrak harga. Sedangkan, harga gas alam diproyeksi berkisar US$ 3,1 Mmbtu–US$ 3,3 Mmbtu dan batubara akan berkisar di level harga US$ 115 per ton–US$ 125 per ton pada akhir tahun 2023.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×