kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.670.000   7.000   0,42%
  • USD/IDR 16.334   -44,00   -0,27%
  • IDX 6.923   -100,95   -1,44%
  • KOMPAS100 1.011   -18,88   -1,83%
  • LQ45 786   -15,82   -1,97%
  • ISSI 210   -1,91   -0,90%
  • IDX30 406   -9,38   -2,26%
  • IDXHIDIV20 488   -13,11   -2,62%
  • IDX80 114   -2,04   -1,76%
  • IDXV30 118   -2,19   -1,81%
  • IDXQ30 134   -2,76   -2,02%

Pertamina Geothermal (PGEO) dan Grup PGAS Mengkaji Pengembangan Green Hydrogen


Kamis, 06 Februari 2025 / 07:51 WIB
Pertamina Geothermal (PGEO) dan Grup PGAS Mengkaji Pengembangan Green Hydrogen
ILUSTRASI. PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) menjalin sinergi dengan Grup Pertamina untuk mengembangkan bahan bakar hijau.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) menjalin sinergi dengan Grup Pertamina untuk mengembangkan bahan bakar hijau. 

PGEO menandatangani joint study agreement dengan PT Pertamina Gas (Pertagas), entitas anak dari PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS).

Joint study agreement diteken pada Rabu (5/2). Penandatanganan dihadiri oleh Direktur Strategi Portofolio dan Pengembangan Usaha PT Pertamina (Persero), A. Salyadi Saputra, Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis PGAS Rosa Permata Sari, Direktur Proyek dan Operasi Pertamina New & Renewable Energy Norman Ginting, serta Direktur Utama & jajaran Direksi PGEO dan Pertagas.

Baca Juga: PGE Tegaskan Posisi di Kancah Internasional lewat Abu Dhabi Sustainability Week 2025

Corporate Secretary Pertamina Geothermal Energy Kitty Andhora mengungkapkan PGEO dengan kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) mampu menyediakan listrik rendah emisi yang mendukung produksi hidrogen hijau (green hydrogen) dan amonia hijau (green ammonia).

Produk tersebut dapat dimanfaatkan dalam berbagai sektor, terutama untuk industri dan transportasi. 
Pemanfaatan listrik dari panas bumi dalam produksi hidrogen hijau dan amonia hijau akan membantu industri dan sektor transportasi dalam upaya dekarbonisasi.

"Kolaborasi antara PGE dan Pertagas akan mempercepat pengembangan hidrogen hijau dan amonia hijau serta menjadi landasan bagi Pertamina dalam membangun green energy hub," kata Kitty melalui keterbukaan informasi, Kamis (6/2).

Pasalnya, saat ini belum ada pemain dominan di energi hijau. Pertamina Grup berpeluang menjadi pemain utama energi hijau melalui skala ekonomi dan pendekatan economics of speed, kecepatan dalam pengembangan teknologi serta optimalisasi infrastruktur dan rantai pasok.

Pertagas diklaim sebagai pengelola pipa transmisi gas terpanjang di Indonesia dengan mengelola 2.930 kilometer (km). Pengelolaan infrastruktur energi Pertagas dapat dimanfaatkan untuk penyimpanan dan distribusi  hidrogen hijau dan amonia hijau.

Adapun, kerja sama PGEO dan Pertagas mencakup berbagai aspek. Di antaranya pertukaran informasi teknis yang mencakup analisis kondisi operasi, komposisi thermal, elektrolisis, serta identifikasi potensi pasar dan data terkait lainnya.

Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Emiten EBT di Tengah Sentimen Eksternal dan Domestik

Selain itu, kedua perusahaan akan berkolaborasi dalam melakukan kajian teknis seperti evaluasi kelayakan proyek dan identifikasi skema penggunaan listrik panas bumi untuk menghasilkan hidrogen hijau dan amonia hijau. 

Setelah kajian teknis selesai, PGEO dan Pertagas akan melanjutkan ke studi kelayakan untuk meninjau berbagai aspek proyek. Termasuk potensi investasi dan pengembangan skema bisnis, alokasi sumber daya serta pemilihan teknologi yang tepat dan tata waktu implementasi.

Proyek kerja sama ini akan dilaksanakan di Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) yang dikelola oleh PGEO, dengan mempertimbangkan lokasi yang memiliki potensi optimal untuk mendukung produksi hidrogen hijau dan amonia hijau.

Kitty mengungkapkan, kolaborasi PGEO dan Pertagas dalam produksi bahan bakar hijau merupakan bagian dari strategi untuk mengembangkan energi panas bumi di sektor hulu, serta memperluas pemanfaatannya di hilir melalui ekosistem industri hijau yang terintegrasi.

Inisiatif ini sekaligus menjadi langkah diversifikasi produk non-kelistrikan (off-grid). 

"Termasuk hidrogen hijau yang membuka peluang hilirisasi produk panas bumi di luar sektor kelistrikan," tandas Kitty.

Selanjutnya: MBG Melibatkan 245 Mitra SPPG

Menarik Dibaca: Harga Emas Pegadaian Hari Ini (6/2) Antam Naik Rp 13.000 dan UBS Naik Rp 22.000

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×