Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) memiliki rencana ekspansi yang agresif. PGEO menargetkan kapasitas mencapai 1,0 Gigawatt (GW) pada tahun 2026.
Equity Analyst OCBC Sekuritas, Kevin Jonathan Panjaitan, mengatakan bisnis PGEO memiliki potensi yang besar untuk menjadi salah satu emiten terdepan di sektor energi hijau.
Menurutnya, dengan rencana ekspansi yang agresif, disertai dengan dukungan pemerintah dalam memajukan energi baru dan terbarukan (EBT), bisnis PGEO diprediksi akan terus tumbuh stabil di masa depan.
"Dengan ekspansi kapasitas yang agresif ini, PGEO dapat memanfaatkan permintaan energi terbarukan yang terus meningkat dan mengalami pertumbuhan pendapatan di masa depan," tulisnya dalam riset, Rabu (10/7).
Baca Juga: PT Pertamina Geothermal Energy Tbk Pertahankan Pertumbuhan Profitabilitas Smt I 2024
Sebagai informasi, saat ini kapasitas terpasang PGEO sebesar 673 Megawatt (MW).
Analis Pilarmas Investindo Sekuritas, Arinda Izzaty berpandangan bahwa target tersebut akan tercapai. PGEO berencana mengakuisisi PLTP yang memiliki total kapasitas 175 MW yang akan selesai pada tahun 2025. Perseroan juga sedang membangun PLTP Lumut Balai Unit 2 dengan total kapasitas sebesar 55 MW yang diperkirakan akan selesai pada 2024.
Dengan berbagai akuisisi dan ekspansi tersebut memungkinkan total kapasitas PGEO akan bertambah sebesar 230 MW. Sehingga diperkirakan hingga 2025, total kapasitas PGEO akan mencapai 903 MW.
"Oleh karenanya target di tahun 2026 dapat tercapai apabila PGEO melakukan ekspansi lanjutan untuk mengisi sisa target total kapasitas tersebut," paparnya saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (30/7).
Dari kebutuhan pendanaan, OCBC Sekuritas menyoroti posisi PGEO sebagai bagian dari Pertamina Group membuatnya tidak akan mengalami kesulitan mendapatkan lowcost funding. Terutama, dengan fokus Pertamina dalam mengembangkan EBT.
Baca Juga: Simak Kinerja Pertamina Geothermal (PGEO) di Semester I-2024
Sebagai contoh, PGEO telah berhasil menerbitkan obligasi hijau yang terdaftar di Singapore Exchange Securities Trading Limited (SGX-ST). Perseroan mendapatkan tingkat bunga yang sangat kompetitif yaitu 5,15% dan mencatatkan kelebihan permintaan (oversubscribe) sebesar 8,25 kali.
Namun, Kevin menilai PGEO tidak akan membutuhkan tambahan utang yang signifikan pada tahun 2024 dan 2025.
"Kami mengantisipasi bahwa perusahaan akan mempertahankan neraca keuangan yang sehat, dengan rasio utang terhadap ekuitas masing-masing sebesar 0,37 kali; 0,35 kali; dan 0,41 kali pada tahun 2024-2026," paparnya.
Analis Phillip Sekuritas Indonesia, Helen melanjutkan bahwa secara prospek PGEO juga positif. Hal ini seiring dengan mandat pemerintah yang bertujuan untuk mengurangi ketergantungan jangka panjang terhadap bahan bakar fosil.
Tren tersebut akan mendorong adopsi yang lebih besar dari sumber EBT di Indonesia. Dengan potensinya yang luar biasa di Indonesia, energi panas bumi dapat menjadi sumber energi terbarukan yang strategis.
Keunggulan biaya yang kompetitif dari energi panas bumi dibandingkan dengan energi terbarukan lainnya, terutama tenaga surya dan angin, yang membutuhkan penyimpanan, juga merupakan faktor pendorong.
Baca Juga: Laba Pertamina Geothermal (PGEO) Tumbuh 3,7% Jadi US$ 96,27 Juta di Semester I-2024
"Sebagai perusahaan pengelola panas bumi terbesar di Indonesia, kami yakin PGEO berada di posisi yang tepat untuk mendapatkan keuntungan dari kebijakan-kebijakan tersebut," paparnya.
Kevin juga mencermati, PGEO juga diprediksi akan terus mencetak pertumbuhan pendapatan yang stabil. Hal ini didukung oleh kontrak jangka panjang dengan skema take-or-pay dengan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero).
Selain itu, tarif penjualan uap akan meningkat secara stabil di 2,0% dan tarif penjualan listrik akan meningkat berdasarkan United States Consumer Price Index (US CPI).
Baca Juga: PGEO Genjot Kinerja Operasional, Hingga 2026 Ada 16 Proyek Baru Beroperasi Komersial
Ia memproyeksikan pendapatan PGEO sebesar US$ 404 juta dengan laba bersih US$ 139 juta. Sementara Helen memperkirakan pendapatan PGEO capai US$ 423 juta dan laba bersih US$ 171 juta.
Seluruh analis merekomendasikan buy PGEO. Adapun target harga OCBC Sekuritas di Rp 1.400, Phillip Sekuritas di Rp 1.450, dan Pilarmas Investindo Sekuritas di Rp 1.350.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News