kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Persaingan Kian Ketat, Simak Rekomendasi Saham XL Axiata (EXCL)


Kamis, 12 Januari 2023 / 06:15 WIB
Persaingan Kian Ketat, Simak Rekomendasi Saham XL Axiata (EXCL)


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT XL Axiata Tbk (EXCL) terus bertransformasi menjadi pesaing teratas di sektor telekomunikasi. Integrasi bisnis dengan PT Link Net Tbk (LINK) menjadi inovasi selanjutnya.

Analis BRI Danareksa Sekuritas Niko Margaronis dalam riset tanggal 9 Desember 2022 mengatakan bahwa XL saat ini menjalankan jaringan dengan kinerja terbaik di Indonesia. Langkah EXCL menghentikan Base Transceiver Station (BTS) 3G, dan menawarkan kenaikan spektrum menjadi 4G memungkinkan hal itu untuk melayani pelanggannya dengan kecepatan data dan pengalaman video terbaik.

Dalam 12 bulan terakhir, XL melayani pelanggannya dengan cara yang menguntungkan melalui migrasi ke 4G. Kini tersisa kurang dari 1 juta pelanggan yang menggunakan 3G dari total 75,4 juta pelanggan XL. Perpindahan jaringan diharapkan secara alami atau dengan bantuan XL.

Baca Juga: Layanan Data Melonjak Selama Nataru 2022, Cek Rekomendasi Saham XL Axiata (EXCL)

Niko bilang, perbaikan jaringan dan alokasi belanja modal yang relatif lebih tinggi dalam 2 tahun terakhir memungkinkan XL untuk menawarkan produk di harga yang lebih tinggi dengan penerimaan konsumen yang baik. Penyesuaian average selling price (ASP) telah memperoleh penerimaan yang relatif baik.

Pada akhirnya, lanjut Niko, kenaikan ASP berdampak pada produktivitas average revenue per user (ARPU) dengan mencakup basis pelanggan yang lebih besar. Kinerja XL memang menuai hasil yang kuat , manfaat dari penetapan harga yang lebih tinggi.

"Dengan demikian membantu ARPU tumbuh ke rekor tertinggi sebesar Rp 40.000 pada basis pelanggan yang lebih besar di kuartal III-2022," tulis Niko dalam riset.

Niko menambahkan, penawaran produk dimanfaatkan lewat promosi Fixed Mobile Convergence (FMC) double telco play dengan XL sebagai salah satu penggerak pertama. FMC merupakan gabungan bisnis dari mobile broadband dan fixed broadband.

Baca Juga: Layanan Data XL Axiata (EXCL) Naik 29% di Libur Nataru 2023

EXCL bersama LINK telah berkomitmen membangun basis pelanggan FMC. Hal tersebut dilihat dari penetrasi seluler yang kuat pada basis pengguna Fiber To The Home (FTTH) di 32%-33% dan ARPU yang menggembirakan sebesar Rp 300.000/bulan. Dimana, XL Satu Fiber Value dan paket Smart dimuat dengan data sebesar 30-50 GB untuk 2 sim yang dijual.

Niko berujar, EXCL dan LINK berkolaborasi dalam penempatan produk sebagai 2 entitas yang terpisah. LINK saat ini sekitar 76% dimiliki oleh Axiata Investment dan 20% oleh EXCL.

Apabila EXCL memperoleh mayoritas kontrol di LINK, Niko berpandangan hal ini berpotensi membuka nilai sinergi yang relatif lebih banyak dalam distribusi & penempatan produk, serta sinergi network sharing dan capex.

Terlebih, EXCL akan memperbesar basis pelanggan bisnisnya bersama LINK dengan solusi Information and Communication Technology (ICT) yang komprehensif.

Niko tak menampik bahwa tekanan inflasi memengaruhi perilaku pelanggan dengan penggunaan kuota paket mereka yang lebih hati-hati, tetapi rencana kenaikan upah minimum tahun 2023 akan meningkatkan prospek konsumsi paket data.

Baca Juga: Inilah Saham Blue Chip Tahun 2023 Yang Diprediksi Punya Prospek Bagus

Analis Ciptadana Sekuritas Gani dalam riset tanggal 8 November 2022 menyoroti bahwa poin penting bagi EXCL saat ini adalah hambatan makro dan persaingan antar pemain telekomunikasi. Risiko terbatas untuk saat ini karena pelanggan menahan pola konsumsi mereka. 

"Satu tren yang terlihat adalah bahwa pelanggan lebih sadar dalam mengonsumsi seluruh data mereka, sehingga tidak membiarkan paket kedaluwarsa," ujar Gani dalam riset.

Menurut Gani, kinerja EXCL telah stabil dalam dua kuartal berturut-turut, pertama kali terjadi sejak peluncuran layanan LTE. Ini menjadi bukti EXCL guna menghadapi persaingan. 

EXCL juga mulai melihat peningkatan agresivitas dari ISAT, terutama pada merek Hutch-nya yang telah mengakuisisi di beberapa kota. Namun, kompetisi belum mencapai tingkat yang cukup panas seperti yang pernah terjadi sebelumnya.

Baca Juga: Emiten Telekomunikasi Bersaing Lewat Integrasi FMC, Simak Rekomendasi Sahamnya

Kepala Riset Aldiracita Sekuritas Agus Pramono menilai bahwa emiten telekomunikasi sebenarnya hanya mengalami dampak yang kecil dari inflasi. Risiko serius dilihat hanya datang dari depresiasi rupiah.

"Di sisi lain, kenaikan inflasi sebenarnya membuka peluang adanya persaingan harga. Hal ini bisa berisiko saat pola konsumsi rendah," kata Agus kepada Kontan.co.id, Rabu (11/1).

Agus menambahkan, permasalahan tersebut juga mulai diatasi EXCL dengan menggelar rights issue guna menurunkan gearing ratio perusahaan. Penambahan modal tersebut juga membuka peluang EXCL untuk menambah hutang jika diperlukan untuk ekspansi.. 

Seperti diketahui, EXCL menawarkan 2,40 miliar saham baru pada akhir Desember 2022. XL Axiata menetapkan nilai nominal rights issue sebesar Rp 100 per saham dengan harga pelaksanaan Rp 2,080 per saham. Total dana yang diharapkan sebesar Rp 4,99 triliun.

Baca Juga: Ada Rotasi Sektor di 2023, Cek Rekomendasi Saham yang Jadi Top Picks

Selain itu, adanya Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) echo yang salah satunya melibatkan EXCL akan mempercepat koneksi Indonesia ke luar negeri. Hanya saja, tantangan operator Indonesia ialah kecepatan koneksinya sendiri. 

Menurut Agus, sentimen positif untuk EXCL adalah selesainya akuisisi LINK yang dapat mempercepat rencana pembentukan FMC. Integrasi FMC dengan LINK bukan sekedar untuk menambah pelanggan, tetapi untuk mempertahankan pasar dan meningkatkan kualitas koneksi. 

Adapun Agus mempertahankan rekomendasi buy saham EXCL di target harga Rp 3.800 per saham. Niko merekomendasikan buy EXCL dengan target harga Rp 4.000 per saham. Sementara Gani merekomendasikan buy saham EXCL dengan target harga lebih rendah di Rp 3.600 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×