kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.960.000   -5.000   -0,25%
  • USD/IDR 16.860   -25,00   -0,15%
  • IDX 6.723   44,05   0,66%
  • KOMPAS100 968   3,45   0,36%
  • LQ45 754   3,69   0,49%
  • ISSI 213   0,95   0,45%
  • IDX30 391   1,55   0,40%
  • IDXHIDIV20 471   3,02   0,64%
  • IDX80 110   0,24   0,22%
  • IDXV30 115   -0,16   -0,14%
  • IDXQ30 128   0,78   0,61%

Persaingan Industri Telekomunikasi Mengetat, Bisnis & Strategi Ini Bisa Jadi Peluang


Senin, 28 April 2025 / 10:51 WIB
Persaingan Industri Telekomunikasi Mengetat, Bisnis & Strategi Ini Bisa Jadi Peluang
ILUSTRASI. Seorang pejalan kaki melintasi The Telkom Hub di Jakarta, Senin (27/3/2023). PANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay


Reporter: Ahmad Febrian, Lydia Tesaloni | Editor: Ahmad Febrian

KONTAN.CO.ID - JAKARTA.  Di tengah persaingan tarif data, segmen fiber to the home (FTTH) diharapkan dapat membantu sektor telekomunikasi bertahan.

Tiga pemain utama, PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM),  PT Indosat Tbk (ISAT), dan PT XLSmart Telecom Sejahtera Tbk (EXCL) menerapkan strategi baru untuk meningkatkan pendapatan mereka, yakni dengan menaikkan harga kartu perdana agar pengguna lebih sering mengisi ulang data.

Namun, Analis Indo Premier Sekuritas Aurelia Barus dan Belva Monica menilai strategi ini tidak cukup memberikan dampak positif terhadap kinerja perseroan setidaknya hingga kuartal II tahun 2025 mendatang. 

“Meskipun ada kenaikan harga, kami menilai potensi dampaknya terhadap prospek yield data secara keseluruhan untuk (proyeksi) kuartal II-2025 masih belum pasti. Jika kartu perdana berharga murah dengan bonus data rendah masih tersedia di pasar, dampaknya terhadap yield data hingga akhir tahun 2025 kemungkinan tetap terbatas,” sebut Aurelia dan Belva dalam riset 17 April 2025.

Sementara , Investment Analyst Infovesta Kapital Advisory Ekky Topan menyebut sektor telekomunikasi secara keseluruhan memang masih akan dihadapkan pada dua tantangan utama.

Pertama, soal perang harga. Kata Ekky, adu harga murah antar operator dapat menekan margin keuntungan secara berkelanjutan. Pasalnya, operator-operator terpaksa menurunkan tarif demi mempertahankan atau bahkan merebut pangsa pasar. 

Baca Juga: Pemain Berkurang, Persaingan Sektor Telekomunikasi Kian Ketat

Kedua, soal beban biaya modal peluncuran jaringan 5G. “Mulai dari perolehan spektrum hingga upgrade infrastruktur backhaul, dapat menambah beban keuangan jika tidak diimbangi dengan peningkatan rata-rata pendapatan per unit atau average revenue per unit (ARPU) dan efisiensi operasional,” kata Ekky ke Kontan, pekan lalu. 

Kendati begitu, sektor telekomunikasi masih memiliki harapan pada segmen FTTH. Menurut proyeksi Aurelia dan Belva, TLKM mampu mencapai ekspektasi pertumbuhan bersih pelanggan FTTH pada kuartal I 2025 ini. Begitupun dengan EXCL, ARPU FTTH perseroan diprediksi akan sesuai ekspektasi. 

Nah, secara industri, TLKM menjadi entitas yang tidak hanya dominan secara komersial, tetapi juga strategis dalam membentuk arah masa depan ekonomi digital nasional.

Kinerja keuangan Telkom Group tahun 2024 memperlihatkan, meskipun menghadapi tekanan pada situasi ekonomi dan persaingan ketat, Telkom tetap mencatat pertumbuhan pendapatan 0,5% yoy menjadi Rp 150,0 triliun.

Anak usahanya, Telkomsel yang mampu menorehkan pertumbuhan pendapatan dua digit, yakni 10,7% yoy. Didorong  inisiatif strategis integrasi layanan bisnis fixed broadband IndiHome B2C ke dalam Telkomsel, serta mempertahankan dominasi di industri dengan pangsa pasar pendapatan seluler mencapai 51,8%. 

Perusahaan ini melakukan optimalisasi belanja modal (capex)  sebesar Rp 24,5 triliun  untuk memperkuat infrastruktur jaringan dan meningkatkan pengalaman pelanggan. Dengan alokasi pada konektivitas yang berfokus untuk mendukung strategi fixed-mobile convergence (FMC).

Baca Juga: Penurunan Daya Beli Bayangi Emiten Telekomunikasi, Cek Rekomendasi Analis

Keberhasilan integrasi layanan IndiHome B2C secara penuh menjadi pendorong utama lonjakan pendapatan dan basis pelanggan. Pada tahun 2024, Telkomsel mencatatkan pertumbuhan pendapatan IndiHome B2C sebesar 101,2% YoY menjadi Rp 26,6 triliun, dan  penambahan hampir 1 juta pelanggan IndiHome B2C menjadi 9,6 juta. 

"Telkom sendiri memiliki sejarah dan kontribusi panjang dalam pasar modal Indonesia. Telkom pernah menjadi penguasa kapitalisasi pasar. Saat ini menjadi salah satu emiten dengan kapitalisasi pasar mencapai 2,3% dari  Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)," terang David Sutyanto, Ketua Umum Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI), dalam keterangannya Senin (28/4)

Saat ini Telkom diperdagangkan dengan valuasi rendah. Price earnings ratio (PER) sebesar 10,97 kali. Lebih rendah dari sektor sebesar 13,14 kali dan Industri mencapai 16,07 kali. .

Kontribusi ekonomi melalui transformasi digital yang didorong Telkom dan Telkomsel tidak cuma menciptakan laba di laporan keuangan. Namun juga berkontribusi langsung pada pertumbuhan ekonomi.

Berdasarkan estimasi lembaga riset independen, setiap peningkatan 10% penetrasi broadband dapat mendorong pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) sebesar 1,38%.

Telkom juga memperluas kolaborasi baik lokal maupun internasional yaitu melalui Telin, Mitratel, maupun melalui inisiatif open partnership dalam pengembangan platform digital.

David berharap, Telkom Group tetap konsisten menjaga disiplin keuangan sambil terus mendorong investasi strategis di bidang digital, cloud, dan kecerdasan buatan (AI).

Di sisi Telkomsel, keberhasilan integrasi sistem one-billing menjadi tonggak pencapaian yang signifikan pada tahun 2024, mendukung optimalisasi kapabilitas FMC dan menjadi landasan untuk pertumbuhan pendapatan berbasis rumah tangga dalam jangka panjang.

Selanjutnya: Siapa Penguasa Logam Tanah Jarang Dunia? Inilah 10 Negara Penghasil Terbesarnya

Menarik Dibaca: Resep Mangut Lele Ala Mbah Marto Jogja yang Legendaris, Pedas Gurihnya Nendang

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×