kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Perpanjangan fasilitas GSP jadi angin segar bagi emiten dengan orientasi ekspor ini


Selasa, 03 November 2020 / 20:35 WIB
Perpanjangan fasilitas GSP jadi angin segar bagi emiten dengan orientasi ekspor ini
ILUSTRASI. Indonesia baru saja resmi menerima perpanjangan fasilitas generalized system of preferences (GSP) dari AS.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia baru saja resmi menerima perpanjangan fasilitas generalized system of preferences (GSP) dari Amerika Serikat (AS). Keputusan ini diambil negeri Paman Sam tersebut melalui United States Trade Representative (USTR) pada hari Sabtu kemarin (30/10).

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas menilai, perpanjangan fasilitas GSP ini menjadi peluang bagi emiten tanah air. Apalagi, fasilitas GSP ini membebaskan bea masuk bagi barang impor dari Indonesia. ”Ini jadi kesempatan untuk emiten yang berorientasi ekspor,” ujar Sukarno kepada Kontan.co.id, Selasa (3/11).

Alhasil, perpanjangan fasilitas GSP ini ke depannya akan berdampak positif bagi kinerja emiten, salah satunya adalah PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL).  Mengutip laporan keuangan SRIL per kuartal ketiga, emiten tekstil ini membukukan pendapatan bersih senilai US$ 907,09 juta. Sebanyak US$ 74,12 juta atau 9,17% merupakan penjualan ke kawasan AS dan Amerika Latin.

Baca Juga: Integra Indocabinet (WOOD) mencuil peluang dari perpanjangan fasilitas GSP

Emiten lain yang bisa mencuil peluang ekspor ke Amerika Serikat adalah PT Pan Brothers Tbk (PBRX). Dari total pendapatan senilai US$ 523,78 juta di kuatal ketiga, sebanyak US$ 449,59 juta atau 85,34% merupakan penjualan ekspor.

Selain itu, emiten lain yang berpotensi diuntungkan dengan adanya perpanjangan fasilitas GSP adalah  PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD). Per semester pertama 2020, penjualan ekspor WOOD ke pasar AS mencapai Rp 861,79 miliar, tumbuh 67,8% dari realisasi ekspor ke AS pada periode yang sama tahun sebelummya yang hanya 513,64 miliar.

Sukarno menilai, ketiga saham emiten manufaktur ini masih menarik. Apalagi, SRIL dan PBRX sama-sama mencatatkan pertumbuhan kinerja dan secara valuasi sahamnya sudah tergolong murah juga. Per penutupan perdagangan Selasa (3/11), saham PBRX memiliki price to earning ratio (PER) sebanyak 3,56 kali sementara saham SRIL diperdagangkan dengan PER 3,17 kali. “Untuk WOOD masih menunggu rilis laporan keuangan kuartal ketiga dulu. Tetapi secara potensi masih ada (kenaikan),” pungkas Sukarno. 

Baca Juga: Fasilitas GSP dari Amerika Serikat jadi angin segar bagi ekspor produk tekstil

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×