kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pernah nyangkut di saham tak likuid, ini kiat Direktur Djasa Ubersakti Hizkia


Sabtu, 23 Januari 2021 / 07:20 WIB
Pernah nyangkut di saham tak likuid, ini kiat Direktur Djasa Ubersakti Hizkia


Reporter: Kenia Intan | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sudah lebih dari 15 tahun Pio Hizkia Wehantouw berinvestasi di saham. Betah berinvestasi di saham, Direktur Treasury & Development PT Djasa Ubersakti Tbk (PTDU) itu ternyata memiliki kunci dalam berinvestasi yakni menyukai, menjiwai, dan mendalami. 

Kunci itu menjadikan investasi saham layaknya hobi. Termasuk dalam meracik portofolio yang dia miliki. Saat ini, sebesar 45% portofolio Hizkia diisi oleh saham-saham sektor properti. Sementara sisanya diinvestasikan ke sektor-sektor lain yang sedang ngetrend. Sekadar informasi, untuk saat ini Hizkia memiliki portofolio investasi berupa 62% saham, 22% deposito, dan 16% tanah. 

Komposisi portofolio saham itu mempertimbangkan pengalaman bekerja Hizkia di industri ini. Mengingat, tempatnya bekerjanya saat ini, PTDU, merupakan perusahaan properti yang sudah lama berbisnis di Indonesia.

Bekal mencicipi asam garam di dunia properti membuat dia lebih memahami nature industri ini. "Jadi saya melihat kinerja sahamnya secara fundamental, ditambah pengalaman saya secara pribadi dalam industri properti," terang Hizkia kepada Kontan.co.id. 

Baca Juga: Kata analis terkait kemunculan kembali Jack Ma terhadap para investor

Hizkia tidak asal memilih saham untuk portofolionya. Selain sisi fundamental, dia juga mempertimbangkan likuiditas saham. Pertimbangan ini berkaca dari pengalamannya pada tahun 2018, berinvestasi di saham properti yang kurang likuid.

Dia terjebak di saham tersebut, padahal ia berniat mengubah racikan portofolionya. Berkali-kali Hizkia memasang bid hingga akhirnya bisa terjual setelah sembilan bulan. Jangka waktu tersebut cukup lama bagi Hizkia yang cenderung memegang suatu saham dalam jangka waktu enam hingga satu tahun. 

Tidak mau terulang kembali, saat ini Hizkia menjadikan likuiditas sebagai salah satu syarat utama sebelum memilih saham. Likuiditas penting supaya investor dapat dengan mudah menjual sahamnya jika sewaktu-waktu memerlukan dana. 

Baca Juga: Dugaan korupsi, BP Jamsostek siap berikan keterangan secara transparan

Selain saham-saham di sektor properti, Hizkia meracik portofolionya dengan  saham-saham di  sektor lain yang sedang dalam tren. Tentu saja dengan tetap memperhitungkan sisi fundamental dan likuiditas. Biasanya Hizkia mendiversifikasi portofolionya antara dua hingga tiga sektor saham. Ia sengaja membatasinya agar lebih mudah dalam monitoring di tengah kegiatannya sehari-hari. 

Adapun di masa pendemi Covid-19, Hizkia mengaku ada perubahan strategi dalam berinvestasi. Selain tetap mengkoleksi saham properti, Hizkia cenderung memilih saham yang tidak terlalu terdampak pandemi, seperti saham di  sektor barang konsumsi dan teknologi informasi (TI).

Di tengah pandemi ia percaya permintaan akan produk makanan masih ada. Sementara untuk sektor TI akan semakin berkembang, mengingat segala aktivitas di saat pandemi cenderung memanfaatkan teknologi. 

Sementara untuk sektor properti, Hizkia cenderung mempertahankan saham-saham yang mampu meningkat di tengah pandemi. Ke depannya, Hizkia akan tetap menjadikan saham-saham sektor properti yang mendominasi portofolionya. 

Baca Juga: Bill Gates yang selama bertahun-tahun diam-diam mengoleksi lahan pertanian di AS

"Saya akan tetap di sektor yang saya cintai. Saya senang bermain saham properti karena saya bisa membaca kinerjanya," ungkap dia. Rasa senang ini membuatnya lebih mudah dalam menyeleksi saham-saham properti mana saja yang menarik, dengan pertimbangan itu ia akan menyiapkan dana untuk masuk. 

Sementara untuk saham-saham selain properti, dia akan terus memperbaruinya sesuai dengan kondisi pasar. Misalnya, sektor barang konsumen berpeluang terdepak dari portofolio, mengingat tahun 2021 diprediksi gain saham-saham sektor ini akan menipis. 

Baca Juga: Dirut Maybank Kim Eng Sekuritas, Willianto Ie, dapat cuan dari strategi buy and hold

Di samping itu, ketika memilih suatu saham, Hizkia tidak lupa memastikan jajaran manajemen yang berada di balik suatu emiten. Menurut dia, dengan mengetahui hal itu investor akan lebih memiliki gambaran mengenai pengelolaan perusahaan ke depan, sisi kreativitas menajemen, serta inovasi-inovasi yang mungkin dimunculkan.

Oleh karena memperlakukan investasi di saham layaknya hobi, Hizkia tidak mudah terbawa arus. Seperti hobi, investasi di saham dilakukan dengan hati senang sehingga dalam mengambil keputusan dia cenderung tidak terburu-buru dan menikmati prosesnya. Sikap ini senada dengan keyakinannya dalam berinvestasi saham bahwa gain diperoleh dengan kehati-hatian secara bertahap. 

Kepercayaan itu membuatnya tidak terjerumus ke dalam saham-saham yang meningkat secara drastis tanpa diikuti fundamental yang baik atau saham gorengan. Ia juga tidak mudah tergoda oleh saham-saham yang naik signifikan karena euforia atau emosi sesaat. Misalnya saja, saat pasar diramaikan dengan saham-saham farmasi yang naik tinggi beberapa waktu lalu karena sentimen distribusi vaksin Covid-19. 

Memperlakukan investasi saham seperti hobi juga disarankan bagi mereka yang di luar sana tertarik memulai investasi saham. "Kita hobi enggak nih? Hobi utak-atik angka, kinerja, data, melihat histori. Berawal dari situ baru kita bisa mendapatkan sesuatu yang menarik dari investasi. Jadi suka dulu, jangan main saham karena ikut-ikutan," ujarnya lagi. 

Baca Juga: Begini strategi investor kawakan di tengah masa pemulihan 2021

Asal tahu saja, Hizkia memang gemar membaca dan melakukan analisa data. Kegemaran ini juga yang membuatnya lebih jeli dalam melihat peluang pasar. 

Adapun saat awal mulai berinvestasi saham di tahun 2005, Hizkia mengaku tidak terlalu kerepotan karena ia telah terbiasa melakukan analisa. Latar belakang Hizkia sebelumnya yang bekerja di perbankan, membuatnya tidak asing lagi melakukan analisa kredit bagi debitur. Menurutnya, analisa tersebut mirip ketika menelisik fundamental suatu emiten.

Baca Juga: CEO Jagartha Advisors: Jangan kapok saat rugi di awal investasi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×