Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
Hal ini justru berimbas positif pada kinerja emiten semen, sebab dapat mendukung profitabilitas perusahaan semen di tahun 2020. Karena biaya/beban terkait energi berkontribusi sekitar 30%-40% terhadap biaya pokok pendapatan perusahaan semen.
Dalam hal permintaan, Mimi menilai dua emiten semen terbesar di tanah air, yakni PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) akan sama-sama terpengaruh.
Namun, dalam hal neraca keuangan, Mimi menilai INTP memiliki kelebihan dibandingkan SMGR karena INTP memiliki neraca yang lebih baik.
Baca Juga: PJB salurkan daya listrik saat lebaran sebesar 54.492 Megawatt hour (MWh)
Hal ini ditegaskan oleh Sekretaris Perusahaan Indocement Antonius Marcos. Dalam keterbukaan informasi di laman BEI, hari ini (15/6) Marcos menegaskan INTP dalam posisi zero debt sehingga INTP siap menghadapi badai krisis yang terjadi.
Mimi masih yakin bahwa oversupply gap antara pasokan dan permintaan semen di pasar akan terus menghantui industri semen, terutama dalam situasi permintaan yang rendah saat ini. Dus, Mimi mempertahankan rekomendasi netral untuk sektor semen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News