Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri semen tanah air menghadapi tantangan yang berat sepanjang semester pertama 2020. Hal ini tidak terlepas dari mewabahnya virus Corona (Covid-19) yang mengakibatkan turunnya permintaan semen.
Meski demikian, Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Mimi Halimin memperkirakan, outlook permintaan semen secara nasional di semester kedua akan lebih baik dibandingkan di semester pertama 2020.
Baca Juga: Indeks BUMN20 melejit 8,43% selama Juni 2020, saham apa saja yang jadi pendorongnya?
Hal ini seiring dengan berakhirnya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Jakarta yang dipercaya akan diikuti oleh daerah lain. Dengan demikian, Mimi berharap kegiatan ekonomi, termasuk sektor properti dan infrastruktur, secara bertahap akan kembali normal.
“Namun, dengan meningkatnya potensi perlambatan ekonomi, pertumbuhan permintaan semen mungkin tidak akan terlalu signifikan,” tulis Mimi dalam riset, Jumat (12/6).
Mimi memprediksi, tahun ini kinerja keuangan perusahaan semen akan lebih banyak didukung oleh efisiensi biaya dibandingkan dengan pertumbuhan pendapatan.
Baca Juga: IHSG turun 1,34%, ini 10 saham terbesar yang dikoleksi investor asing Kamis (11/6)
Mirae Asset Sekuritas memperkirakan harga batubara akan tetap lemah pada tahun ini yang disebabkan pelambatan pertumbuhan ekonomi global.
Hal ini justru berimbas positif pada kinerja emiten semen, sebab dapat mendukung profitabilitas perusahaan semen di tahun 2020. Karena biaya/beban terkait energi berkontribusi sekitar 30%-40% terhadap biaya pokok pendapatan perusahaan semen.
Dalam hal permintaan, Mimi menilai dua emiten semen terbesar di tanah air, yakni PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) akan sama-sama terpengaruh.
Namun, dalam hal neraca keuangan, Mimi menilai INTP memiliki kelebihan dibandingkan SMGR karena INTP memiliki neraca yang lebih baik.
Baca Juga: PJB salurkan daya listrik saat lebaran sebesar 54.492 Megawatt hour (MWh)
Hal ini ditegaskan oleh Sekretaris Perusahaan Indocement Antonius Marcos. Dalam keterbukaan informasi di laman BEI, hari ini (15/6) Marcos menegaskan INTP dalam posisi zero debt sehingga INTP siap menghadapi badai krisis yang terjadi.
Mimi masih yakin bahwa oversupply gap antara pasokan dan permintaan semen di pasar akan terus menghantui industri semen, terutama dalam situasi permintaan yang rendah saat ini. Dus, Mimi mempertahankan rekomendasi netral untuk sektor semen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News