Reporter: Achmad Jatnika | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah mendapatkan penawaran sebanyak Rp 19,90 triliun pada lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau sukuk negara, Selasa (4/5). Pemerintah juga sudah memenuhi target indikatif Rp 10 triliun dari lelang SBSN kali ini.
Menurut Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto, adanya pertambahan dari jumlah peminat di lelang SBSN ini karena kondisi pasar yang sudah stabil. Yield Indonesia juga dinilai sudah stabil dengan adanya penguatan dibandingkan dengan beberapa minggu lalu.
“Waktu itu market memang cukup tertekan akibat dari naiknya yield US Treasury, dan market mengikuti hal tersebut, SBN kita juga melemah bahkan SBN 10 tahun kita itu hampir 6,7% dan sekian,” kata Ramdhan kepada Kontan.co.id, Selasa (4/5).
Ia menilai dengan turunnya yield US Treasury, dan selama seminggu ini cukup stabil, maka pasar cukup percaya diri untuk masuk kembali ke pasar Indonesia, karena Indonesia di pasar global merupakan pemberi yield yang tinggi.
Baca Juga: Rupiah hari ini menguat setelah data ekonomi AS melemah
“Asing mulai masuk kembali ke kita perlahan, terlihat dari kepemilikan mereka yang meningkat, walaupun belum ke level pra pandemi, secara grade periodik ada peningkatan,” ujar Ramdhan.
Dalam lelang SBSN kali ini, seri PBS027 yang akan jatuh tempo pada 15 Mei 2023 menjadi seri yang paling banyak diburu investor dengan jumlah penawaran masuk hingga Rp 7,67 triliun.
Seri ini sekaligus menjadi seri yang paling banyak dimenangkan. Di mana, nominal yang diserap pemerintah mencapai Rp 6,45 triliun, dengan yield rata-rata yang dimenangkan sebesar 4,82%.
Baca Juga: Penawaran lelang sukuk negara Selasa (4/5) mencapai Rp 19,9 triliun
Menurut Ramdhan, kondisi seperti sekarang ini ketidakpastian pasar cukup terbuka, sehingga yang pendek diminati. Untuk likuiditas Indonesia terbanyak saat ini adalah perbankan, mereka masuk ke pasar selain untuk penempatan mereka, mereka mencari SUN yang relatif lebih pendek. “Sehingga potensi pergerakan harga lebih rendah, tapi lebih aman dari sisi risikonya,” ujarnya.
Ramdhan melihat bahwa saat ini peminat lelang SBSN untuk jangka pendek dari perbankan, sedangkan untuk jangka panjang dari asuransi dan dana pensiun, dia beranggapan untuk mengoptimalkan yield, sehingga investasinya jangka panjang.
Ramdhan menambahkan bahwa saat ini ada risiko lanjutan dari Covid-19 yang meresahkan kembali, terutama dari India, yang ada penambahan kasus signifikan. Hal ini juga berdampak pada beberapa negara yang melakukan pengetatan kembali, dan hal tersebut dapat berdampak kembali pada kondisi ekonomi Indonesia.
Baca Juga: Simak enam seri sukuk yang akan dilelang hari ini Selasa (4/5)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News