kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Permintaan naik, harga batubara meroket


Rabu, 31 Agustus 2016 / 17:01 WIB
Permintaan naik, harga batubara meroket


Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Kenaikan harga batubara ditopang oleh positifnya catatan permintaan dari sejumlah negara konsumen utamanya. Mengutip Bloomberg, Selasa (30/8) harga batubara kontrak pengiriman September 2016 di ICE Futures Exchange melesat 1,56% di level US$ 68,00 per metrik ton dibanding hari sebelumnya. Bahkan dalam sepekan terakhir harga batubara sudah melambung 1,79%.

Wahyu Tri Wibowo, Analis Central Capital Futures mengatakan kenaikan permintaan saat ini memang masih terjadi terutama di negara-negara konsumen utama seperti China, Jepang dan India.

Sementara kebutuhan batubara untuk pembangkit listrik di Filipina, Vietnam, Korea Selatan dan Indonesia masih tergolong tinggi. Katalis ini lah yang kemudian menopang harga untuk terus mempertahankan performa primanya.

Dari rilis data Customs Data China periode Januari - Juli 2016, impor batubara China naik 6,7% menjadi 129,2 juta ton dibanding periode yang sama tahun 2015 lalu. Sementara impor Jepang Juli 2016 juga naik 11,4% menjadi 16,33 juta ton.

Tidak ketinggalan India melalui Menteri Energi dan Batubaranya, Piyush Goyal menyampaikan upayanya untuk terus menggenjot serapan batubara secara maksimal untuk pembangkit listrik. "Jelas kan kalau ada kenaikan permintaan maka harga akan itu terangkat," kata Wahyu.

Dukungan bagi harga juga datang dari laporan stok batubara AS Juli 2016 yang merosot 12 juta ton menjadi 173 juta ton dibanding bulan sebelumnya. Di saat terjadi kenaikan kebutuhan, stok di belahan negara lainnya justru mengempis. Tidak heran kenaikan harga batubara pun tergolong tinggi.

Maka itu Wahyu menduga jajaran katalis positif ini masih menyokong naik harga batubara paling tidak hingga akhir pekan nanti. "Rentangnya akan tetap sempit, namun jangka pendek ya bullish," tambah Wahyu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×