Reporter: Petrus Sian Edvansa | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Nilai tukar rupiah berhasil mengungguli dollar Amerika Serikat (AS) pekan ini. Keputusan The Fed menahan tingkat suku bunga, yang diikuti dengan penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI), menopang pergerakan mata uang Garuda.
Di pasar spot, pada Jumat (23/9), nilai tukar rupiah melemah 0,05% menjadi Rp 13.081 per dollar AS dibandingkan dengan hari sebelumnya. Tapi, selama sepekan lalu, rupiah menguat 0,56%.
Sementara, bila mengacu pada kurs tengah BI, nilai tukar rupiah kemarin stagnan di level Rp 13.098 per dollar AS. Sedangkan dalam sepekan, rupiah masih terapresiasi 0,25%.
Penguatan rupiah didukung oleh koreksi dollar AS setelah rapat Federal Open Market Committee (FOMC) memutuskan menahan suku bunga di 0,25%–0,50%.
Dari dalam negeri, Research & Analyst Monex Investindo Futures Faisyal mengatakan, perkembangan program pengampunan pajak turut mendukung penguatan rupiah selama sepekan. Selain itu, keputusan BI memangkas BI 7-days reverse repo rate juga memberikan sentimen positif.
Senada, pengamat ekonomi dan pasar uang Farial Anwar bilang, penurunan BI 7-days reverse repo rate memberikan efek positif bagi rupiah.
"Penurunan ini adalah salah satu cara yang positif, mengingat suku bunga Indonesia sudah termasuk yang paling tinggi di antara negara-negara ASEAN. Bahkan, Singapura saja menerapkan suku bunga nol persen," ungkap Farial.
Setelah rapat Dewan Gubernur BI tanggal 21–22 September 2016, BI akhirnya memangkas BI 7-days reverse repo rate sebesar 25 basis poin dari 5,25% menjadi 5%. Meski demikian, Farial menilai, pemangkasan suku bunga acuan BI belum sejalan dengan tingkat suku bunga di bank-bank umum.
Padahal seharusnya bank umum menurunkan suku bunganya dan mengacu pada suku bunga BI. "BI 7-days reverse repo rate ini menjadi acuan bagi seluruh bank di Indonesia, agar bunga pinjaman dapat turun. Hal ini akan memicu perbaikan pada sektor ekonomi dan terus memperkuat kurs rupiah," ujar dia.
Pekan depan, Farial memperkirakan permintaan mata uang dollar AS di dalam negeri bakal meningkat. Sebab, banyak utang korporasi dalam denominasi dollar AS yang akan jatuh tempo. Namun ia tetap optimistis rupiah akan membaik karena cadangan devisa yang masih cukup besar, sehingga BI dapat mengendalikan laju rupiah.
Prediksi Farial, pekan depan kurs rupiah akan bergerak di kisaran Rp 13.050 hingga Rp 13.150 per dollar AS. Sedangkan Faisyal memperkirakan rupiah akan bergulir di antara Rp 13.000 hingga Rp 13.250 per dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News