kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Permintaan CPO turun di negara tujuan utama


Jumat, 16 Mei 2014 / 13:52 WIB
Permintaan CPO turun di negara tujuan utama
ILUSTRASI. Kode Redeem FF Hari ini 22 Desember 2022, Skin Gloo Wall hingga Bundle Siap Diklaim!


Reporter: Asnil Bambani Amri | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Proyeksi kenaikan ekspor crude palm oil alias CPO dan turunannya asal Indonesia meleset dari target. Biasanya, ekspor CPO menguat menjelang bulan Ramadan, karena naiknya permintaan di negara lain.

Namun, proyeksi kenaikan ekspor tersebut meleset dari harapan pelaku usahanya. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) merilis, ada banyak masalah yang  mengganggu kebijakan ekspor CPO itu, diantaranya adalah adanya aturan terkait kebijakan penggunaan minyak nabati terutama CPO dan turunan di negara tujuan ekspor.  

Selain itu, adanya spekulasi El Nino ternyata tidak cukup kuat mengerek kinerja ekspor CPO. Sementara itu, Volume ekspor CPO dan turunannya asal Indonesia untuk April 2014 turun 23% dari 1,79 juta ton di bulan Maret menjadi 1,38 juta ton di bulan April.

“Hampir semua negara tujuan utama ekspor CPO dan turunannya asal Indonesia membukukan penurunan yang cukup signifikan kecuali Amerika Serikat,” kata Fadhil Hasan, dalam keterangan tertulisnya yang diterima KONTAN, Jumat (16/5).

Menurutnya, China mengurangi pembelian CPO dan turunannya lebih 144.000 ton atau turun 51% jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Jika di bulan Maret China impor CPO sebanyak 281.000 ton, di April jumlahnya turun menjadi 137.000 ton.

Penurunan permintaan dari China terjadi karena pertumbuhan ekonomi yang melambat. Selain traders kesulitan mendapatkan pinjaman bank. Selain itu, pedagang di China kesulitan dengan pelemahan nilai tukar Yuan terhadap dollar Amerika Serikat.

China juga tercatat mengurangi pembelian minyak nabati lainnya seperti pembatalan sejumlah kontrak pembelian kedelai asal Amerika Serikat. Sementara itu, India pengimpor terbesar CPO dan turunannya juga mencatat penurunan permintaan, meskipun ada kenaikan permintaan menjelang Ramadhan.

Penurunan permintaan dari India  terjadi karena naiknya produksi minyak nabati lokal. Volume ekspor ke India tercatat turun dari 412.000 ton di Maret menjadi 353.000 ton di bulan April  atau turun 14%.

Penurunan permintaan India disebabkan inflasi yang naik dan nilai tukar Rupee yang melemah. Selain itu, untuk menjaga industri minyak nabati di dalam negerinya India telah menotifikasi WTO untuk menyelidiki impor saturated fatty alcohol yang diklaim telah membuat industri refinery India cedera berat.

Keadaan yang cukup mengejutkan terjadi di Pakistan. Negara yang mayoritas berpenduduk muslim itu menurunkan permintaannya menjelang Ramadan. Volume ekspor CPO dan turunannya ke Pakistan tercatat turun 29%  atau turun dari 174.000 ton di Maret menjadi 123.000 ton.

Penurunan permintaan dari Pakistan disebabkan kebijakan larangan impor minyak goreng dan fatty acid dalam kemasan drum dan pembatasan impor dalam skala besar oleh industri pengguna (seperti industri sabun dan oleochemical) sebagai akibat adanya indikasi impor CPO ilegal.

Di saat hampir semua negara tujuan ekspor turun, sebaliknya Amerika Serikat (AS) pada April ini membukukan kenaikan permintaan yang signifikan meskipun secara kuantitas tidak besar. Volume ekspor CPO dan turunannya ke AS naik 84% dari 31.000 ton di Maret menjadi 57.000 ton di April.

Kenaikan permintaan dari AS karena adanya stimulus pendanaan US$ 60 juta dari pemerintah untuk industri biodiesel yang disalurkan melalui Departemen Pertanian AS (USDA). 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×