Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - Harga minyak kelapa sawit mentah atawa crude palm oil (CPO) pekan lalu melemah. Penguatan ringgit Malaysia dan kekhawatiran kenaikan produksi membuat harga CPO tertekan.
Mengutip Bloomberg, pada penutupan perdagangan Rabu (30/8) pekan lalu, harga CPO di Malaysia Derivative Exchange turun 0,26% dari hari sebelumnya jadi RM 2.706 per metrik ton. Dalam sepekan, harganya susut 1,17%.
Deddy Yusuf Siregar, Analis PT Asia Tradepoint Futures, melihat, sejak Gubernur The Fed Janet Yellen menyampaikan pidato yang minim penjelasan soal kenaikan suku bunga, dollar Amerika Serikat (AS) terus melemah. Kejatuhan the greenback membuat ringgit menguat. Akibatnya, harga CPO terkoreksi.
Selain itu, pelemahan harga CPO terjadi akibat kekhawatiran peningkatan pasokan minyak sawit di Malaysia selama Agustus lalu. Meskipun data resmi dari Malaysian Palm Oil Board (MPOB) baru dirilis pertengahan pekan ini, sinyal kenaikan produksi CPO sudah mulai terlihat. Sebelumnya, Intertek merilis ekspor minyak sawit untuk periode 125 Agustus. Hasilnya, terjadi penurunan ekspor 8,1% ke level 934.544 ton, ungkap Deddy.
Produksi minyak sawit Malaysia diprediksi meningkat, dari 8,7 juta ton pada semester satu menjadi 11,29 juta ton di semester dua tahun ini. Sedangkan stok CPO diperkirakan bertambah, dari 1,6 juta ton pada akhir 2016 jadi 1,9 juta ton di akhir 2017.
Tapi, Faisyal, Analis PT Monex Investindo Futures, menilai, koreksi harga CPO terjadi lantaran ada aksi ambil untung menjelang libur panjang akhir pekan lalu. Dalam rangka Hari Raya Idul Adha, bursa Malaysia tidak beroperasi mulai 31 Agustus hingga 1 September. Biasanya, kan, kalau akhir pekan apalagi libur panjang terjadi aksi profit taking, kata Faisyal.
Potensi akhir tahun
Koreksi harga CPO diperkirakan berlanjut hingga akhir kuartal tiga nanti. Permintaan yang minim ditengarai menjadi sentimen negatif bagi CPO. Sejauh ini, Faisyal menganggap, tidak ada faktor yang bisa meningkatkan permintaan minyak kelapa sawit.
Setelah mengukir permintaan cukup tinggi saat Lebaran lalu, sampai akhir tahun tidak akan ada lagi potensi peningkatan. Walaupun ada perayaan Diwali di India, sepertinya festival itu kurang berdampak besar untuk mengerek permintaan, ujar Faisyal.
Deddy menyebutkan, beberapa importir, seperti China dan India, sudah mengamankan pasokannya sejak dini. Jadi, kemungkinan permintaan baru akan datang lagi awal kuartal IV 2017. Di awal kuartal empat, harga akan kembali menguat, imbuhnya.
Penguatan itu terbantu oleh kesepakatan dagang Indonesia dengan Rusia dan China. Ekspor minyak sawit Indonesia ke Rusia akan meningkat 8% jadi 701.000 ton, kata Deddy. China juga akan meningkatkan permintaan untuk program biodiesel B5.
Secara teknikal, harga bergulir di atas garis moving average (MA) 50, MA 100, dan MA 200. MACD di area positif. Stochastic dan RSI juga memberikan sinyal penguatan. Senin (4/8), Deddy memproyeksikan harga CPO bergerak di kisaran RM 2.688-RM 2.750 per metrik ton. Faisyal memperkirakan, harganya di rentang RM 2.670-RM 2.740.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News