kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Permintaan Batubara Masih Tinggi, Simak Rekomendasi Saham Adaro Energy (ADRO)


Kamis, 08 Desember 2022 / 09:44 WIB
Permintaan Batubara Masih Tinggi, Simak Rekomendasi Saham Adaro Energy (ADRO)
ILUSTRASI. Adaro Energy Indonesia (ADRO) diyakini mampu menghadapi tantangan di tahun 2023.


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) diyakini mampu menghadapi tantangan di tahun 2023. Masih tingginya permintaan batubara dan diversifikasi akan menopang bisnis Adaro ke depan.

Analis Mirae Asset Sekuritas Juan Harahap dalam riset tertanggal 5 Desember menyebutkan bahwa harga batubara di tahun 2023 diperkirakan bakal lebih rendah dari tahun ini. Harga batubara diproyeksikan akan menurun di tahun depan dan seterusnya karena produksi batubara yang lebih tinggi di Cina.

Produksi batubara China meningkat sebesar 12,8% year-on-year (YoY). Hal itu didukung oleh instruksi pemerintah China untuk peningkatan produksi dan membatasi harga batu bara agar memastikan harganya terjangkau bagi pembangkit listrik.  

China diperkirakan akan terus meningkatkan hasil produksi dalam negeri. Dengan demikian, hal itu berdampak pada ekspor yang lemah bagi Indonesia di 2023

Baca Juga: Diversifikasi Bisnis Topang Kinerja ADRO, Analis Sarankan Buy

Juan menambahkan, China mencatatkan impor batubara yang lebih rendah sebesar 29,2 juta ton atau turun 11,7% secara bulanan pada Oktober 2022. Angka itu menunjukkan penurunan kumulatif sebesar 10,7% YoY.

Di sisi lain, ekonomi global terkontraksi di sepanjang tahun ini dan diperkirakan berlanjut di tahun berikutnya. Kondisi ekonomi negara utama dunia seperti Amerika Serikat, Cina, dan zona euro dinilai masih akan mandek.

Kendati demikian, Juan menuturkan bahwa di tengah perlambatan ekonomi, konsumsi batubara akan terus meningkat seiring masih berlangsungnya konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina. Perang tersebut dianggap bakal bermuara pada keamanan energi seperti embargo minyak & gas Rusia.

"Kami melihat pasokan energi masih ketat dengan batubara yang masih digunakan untuk mengkompensasi kekurangan pasokan gas dari Rusia," tulis Juan dalam riset.

Baca Juga: Adaro Energy (ADRO) Cari Peluang Baru di Proyek EBT

Perang Rusia dan Ukraina telah menempatkan harga komoditas lebih tinggi, mengingat Rusia adalah pemain besar di pasar komoditas dunia. Rusia menyumbang 5,0% dari pasokan batubara termal global dengan total ekspor batubara 15,0% pada tahun 2021.

Namun, harga batubara telah bergejolak dalam beberapa minggu terakhir. Hal itu mengikuti kemungkinan peningkatan pasokan gas ke Eropa dari Rusia dan musim dingin yang diprediksi lebih hangat sehingga tidak membutuhkan energi yang besar.

Mirae Asset Sekuritas memproyeksikan harga batubara global akan berada pada US$ 280 per ton atau turun 12,5% YoY di tahun 2023.

Selain itu, Juan menilai bahwa tertekannya bisnis batubara sudah bisa diminimalisir oleh Adaro. Sebab, Adaro telah bertransformasi menjadi perusahaan pertambangan batubara terintegrasi.

Baca Juga: Inilah Rekomendasi Saham yang Berpotensi Cuan Karena Window Dressing Desember 2022

Melalui anak usahanya, bisnis Adaro telah meliputi pertambangan, tongkang, pemuatan kapal, pengerukan, layanan pelabuhan, dan pembangkit listrik.

ADRO melalui PT Adaro Aluminium Indonesia telah menandatangani Letter of Intention to Invest (LoI) dengan jumlah total US$ 728 juta untuk membangun peleburan aluminium di Industrial Park Indonesia yang dikembangkan oleh PT Kalimantan Industrial Park Indonesia. Saat ini, proyek sedang dalam tahap kelayakan dan penyelesaian keuangan diharapkan akan selesai di akhir tahun 2022.

Technical Analyst Kanaka Hita Solvera, Andhika Cipta Labora mengapresiasi langkah Adaro menggarap bisnis energi baru dan terbarukan (EBT). Upaya ini menjadi hal yang positif untuk ke depan karena banyak negara yang akan mengurangi konsumsi batubara.

"Bisnis batubara tidak ramah lingkungan, sehingga akan mengurangi permintaan," ucap Andhika kepada Kontan.co.id, Rabu (7/12).

Baca Juga: Anak Usaha Adaro Energy (ADRO) Menang Tender PLTB Tanah Laut

Andhika masih optimistis terhadap return dari bisnis batubara Adaro, setidaknya hingga kuartal pertama 2023. Harga batubara masih berpotensi terjaga di US$ 350 per ton-US$ 400 per ton sampai kuartal pertama 2023 karena permintaan batubara dari akhir tahun sampai awal tahun akan naik.

Datangnya musim dingin di benua Eropa dinilai membutuhkan lebih banyak batubara untuk penghangat ruangan.

Bisnis batubara Adaro memang tampil gemilang di sepanjang tahun ini. Analis Ciptadana Sekuritas Thomas Radityo dalam riset 3 November 2022 memaparkan bahwa pencapaian Adaro tetap kuat hingga kuartal ketiga 2022.

Secara kumulatif, laba bersih emiten Garibaldi Thohir ini tumbuh lebih dari 4 kali lipat YoY menjadi US$ 1,9 miliar. Performa apik ini didukung oleh melesatnya average selling price (ASP) atau harga jual rata-rata batubara sebesar 106,3% menjadi US$ 131,2 per ton.

Pendapatan juga naik menjadi US$ 5,91 miliar, naik 130% dari pendapatan di periode yang sama tahun lalu. Per September 2021, pendapatan ADRO hanya sebesar US$ 2,56 miliar.

Baca Juga: Getol Diversifikasi ke Segmen Nonbatubara, Intip Rekomendasi Saham Adaro (ADRO)

Beruntungnya volume batubara yang melonjak mampu menahan tingginya pengeluaran Adaro atas tingginya biaya bahan bakar dan biaya royalti. Volume penjualan juga meningkat 13,7% menjadi 44,17 juta ton sampai triwulan ketiga 2022.

Sementara beban pokok pendapatan naik 59% yoy menjadi US$ 2,54 miliar. Kenaikan beban ini terutama karena kenaikan pembayaran royalti akibat kenaikan pada ASP maupun biaya penambangan yang terjadi karena kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) global.

"Meski terkendala cuaca basah dan kesulitan pengadaan alat berat, ADRO berhasil meningkatkan produksinya sebesar 14,5% YoY menjadi 45,37 juta ton sampai September 2022," ungkap Thomas dalam riset.

Manajemen ADRO optimis mencapai target produksi yang diklaim sebesar sekitar 55-58 juta ton sampai akhir tahun. Serta, mempertahankan panduan nisbah kupas tahun ini sebesar sekitar 3,8 kali.

Thomas mempertahankan peringkat beli pada saham ADRO dengan target harga Rp 5.100 per saham. Senada, Andhika merekomendasikan Beli saham ADRO dengan target harga Rp 4.300 per saham. Sementara Juan menyematkan trading buy pada ADRO dengan target harga Rp 4.200 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×