kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Getol Diversifikasi ke Segmen Nonbatubara, Intip Rekomendasi Saham Adaro (ADRO)


Minggu, 27 November 2022 / 10:01 WIB
Getol Diversifikasi ke Segmen Nonbatubara, Intip Rekomendasi Saham Adaro (ADRO)
ILUSTRASI. PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) makin getol melakukan diversifikasi bisnis ke nonbatubara.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) makin getol melakukan diversifikasi bisnis ke nonbatubara. Salah satunya, ADRO gencar masuk bisnis energi baru terbarukan (EBT).

Kabar terbaru, Adaro Power yang merupakan anak usaha ADRO, bersama dengan Total Eren dinyatakan memenangkan tender pembangunan pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) Tanah Laut, Kalimantan Selatan

PTLB ini memiliki daya 70 megawatt (MW). PLTB tersebut dilengkapi dengan sistem penyimpanan energi baterai atau Battery Energy Storage System (BESS) sebesar 10 MWh ini ditargetkan dapat memperkuat pasokan listrik di sistem interkoneksi Kalimantan pada tahun 2024.

Emiten tambang batubara ini terus menjajaki pengembangan proyek EBT di group Adaro. Selain mendukung tender EBT yang diadakan PLN, ADRO menjalankan inisiatif hijau (green initiative) jangka panjang melalui pengembangan kawasan industri hijau Kaltara, yang mana proyek pertamanya adalah smelter aluminium.

Baca Juga: Anak Usaha Adaro Energy (ADRO) Menang Tender PLTB Tanah Laut

Kontan.co.id mencatat, saat ini ADRO memliki proyek smelter aluminium yang dijalankan oleh PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR). Adapun proyek smelter aluminium di Kalimantan Utara tahap I diharapkan dapat mulai beroperasi pada awal tahun 2025, dan mampu memproduksi aluminium sebanyak 500.000 ton per tahun pada tahap awal.

Analis Samuel Sekuritas Indonesia Jonathan Guyadi mempertahankan rating netral untuk sektor batubara dan tetap mempertahankan saham ADRO sebagai pilihan utama alias top pick.

Salah satu alasan Jonathan memilih ADRO adalah inisiatif diversifikasi bisnis yang dilakukan oleh emiten yang dinaungi oleh Garibaldi ‘Boy’ Thohir tersebut. Diversifikasi tersebut dinilai Jonathan akan memberikan fleksibilitas pendanaan bagi ADRO dalam jangka panjang.

Dia menyematkan rekomendasi buy saham ADRO dengan target harga Rp 4.500 per saham, menyiratkan price earnings (PE) 2023 sebesar 6,2 kali.

Adapun ADRO berhasil mencetak kinerja ciamik sepanjang periode sembilan bulan pertama 2022. ADRO membukukan laba bersih mencapai US$ 1,90 miliar per kuartal ketiga 2022, melonjak 352,21% dari laba bersih di periode yang sama tahun lalu yang hanya US$ 420,90 juta.

Realisasi laba bersih ini mengalahkan estimasi Samuel Sekuritas namun masih sejalan (inline) dengan consensus, yang masing-masing mencerminkan 91,3% dan 81,6% dari estimasi masing-masing

Harga jual rata-rata atau average selling price (ASP) milik ADRO tercatat meningkat 106,3% secara year-on-year (yoy) ke level US$ 131 per ton. Hal ini bermuara pada kenaikan pendapatan, dimana ADRO membukukan pendapatan senilai US$ 5,91 miliar, naik 130% dari pendapatan di periode yang sama tahun lalu yang hanya US$ 2,56 miliar.

Dalam riset tertanggal 3 November 2022, Analis Ciptadana Sekuritas Thomas Radityo juga mempertahankan rekomendasi beli saham ADRO dengan target harga Rp5.100 per saham, menyusul kinerja keuangan ADRO yang masih sejalan dengan estimasi.

Thomas memilih ADRO sebagai salah satu top picks di sektor batubara, dengan pertimbangan ADRO memiliki masa cadangan batubara yang cukup, portofolio bisnis yang terdiversifikasi, sistem penambangan yang terintegrasi, dan dividend yield 2023 yang atraktif.

Jonathan menilai harga komoditas energi ini masih akan solid. Samuel Sekuritas menaikkan proyeksi harga batubara di 2023 menjadi US$ 220 per ton dari sebelumnya US$ 180 per ton. Potensi tensi geopolitik dan La Nina kemungkinan akan bertahan hingga paruh pertama 2023, yang akan berdampak pada produksi batubara global.

Sementara dari segi permintaan, Jonathan meyakini permintaan batubara dari China masih akan tinggi dalam jangka pendek akibat menurunnya stok dan permintaan yang tinggi terutama dari sektor pembangkit listrik. Dalam jangka menengah, rencana pemerintah China untuk menaikkan produksi batubara dalam negeri berpotensi menutupi sebagian sentimen kenaikan permintaan batubara di negara tersebut.

Baca Juga: Pasar Batubara Diselumuti Sejumlah, Ini Rekomendasi Saham Jagoan Analis

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×