Reporter: Nur Qolbi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) berpotensi lebih terbatas sejalan dengan tren penurunan harga batubara pada tahun 2023. Permintaan batubara terhadap produsen Indonesia juga diprediksi berkurang seiring dengan potensi perlambatan ekonomi hingga resesi global.
Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Desy Israhyanti memprediksi, dari sisi top line, ITMG berpotensi mencatatkan pendapatan sebesar US$ 2,96 miliar pada 2023. Sementara dari segi bottom line, laba bersihnya diperkirakan sebesar US$ 953 juta.
Sebagai perbandingan, sepanjang sembilan bulan pertama 2022, ITMG membukukan pendapatan US$ 2,61 miliar dengan laba bersih US$ 893,81 juta. Jika disetahunkan, maka ITMG berpotensi memperoleh pendapatan sebesar US$ 3,48 miliar dengan laba bersih US$ 1,19 miliar hingga akhir tahun 2022.
Analis Phintraco Sekuritas Rio Febrian menjelaskan, salah satu sentimen utama penurunan harga batubara belakangan ini adalah peningkatan produksi batubara domestik China seiring dengan pelonggaran pembatasan kegiatan masyarakat. Kenaikan produksi ini menekan permintaan impor batubara oleh China.
Baca Juga: Ada Lima Penghuni Baru Indeks High Dividen 20, Simak Rekomendasi Sahamnya
Negari Tirai Bambu tersebut juga melonggarkan larangan impor batubara dari Australia. Hal ini diperkirakan dapat menurunkan volume ekspor batubara Indonesia ke China. Di sisi lain, penurunan impor batubara juga akan dipengaruhi kondisi geopolitik dan fenomena La Nina.
Meskipun begitu, permintaan batubara secara global diperkirakan tetap terjaga sehingga dapat membuat harga batubara tetap berada di level yang relatif tinggi. Terjaganya permintaan batubara tersebut seiring dengan potensi berlanjutnya pemulihan aktivitas manufaktur di Eropa dan Amerika Serikat serta penurunan kasus baru Covid-19 di China.
Rio memprediksi, ITMG pada 2023 dapat mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 7,39% secara tahunan alias year on year (YoY) dibandingkan tahun 2022.
"Nilai tersebut diperoleh dari perhitungan rata-rata ROE ITMG dari 2017 sampai 2021 dan dividend payout ratio (DPR) ITMG dari 2017 sampai 2021," kata Rio saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (31/1).
Desy pun menambahkan, masih ada sejumlah faktor yang dapat menopang kinerja ITMG, salah satunya adalah diversifikasi bisnis ke green energy. ITMG mempunyai pembangkit listrik tenaga surya yang kinerjanya tumbuh signifikan.
Di sisi lain, menurut Desy, beban pendanaan ITMG berpotensi mencapai 35% seiring dengan kenaikan suku bunga acuan.
"Lalu, curah hujan yang tinggi akan cukup memengaruhi operasional serta fluktuasi harga komoditas yang menurunkan harga rata-rata penjualan," ucap Desy.
Di sisi lain, dalam riset tanggal 6 Januari 2023, Analis J. P. Morgan Sumedh Samant meyakini, batubara dengan calorific value (CV) tinggi yang diproduksi ITMG akan terus menghasilkan average selling price (ASP) yang tinggi. Hal ini menjadi penopang kinerja ITMG di tengah tren penurunan harga batubara Newcastle di kisaran US$ 200-US$ 250 per ton pada 2023-2024 dari US$ 358 per ton.
Baca Juga: Ciptadana Sekuritas Rekomendasikan Beli Saham TBLA, Simak Ulasannya
Sumedh juga melihat ITMG akan terus menghasilkan arus kas yang tinggi dan membayar sekitar 65% laba bersih sebagai dividen. Di akhir tahun 2022, ia memperkirakan ITMG dapat mencatatkan kas di neraca lebih dari US$ 1,3 miliar, dari US$ 690,97 juta pada akhir 2021.
Perkiraan rasio pembayaran dividen tersebut sebenarnya lebih rendah, sebab secara historis ITMG biasanya membagikan dividen 100% dari laba bersih.
"Meskipun begitu, rasio pembayaran tersebut masih menyiratkan yield dividen lebih dari 20%, tertinggi di antara para penambang batubara Indonesia," ungkap Sumedh.
Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut, Sumedh menetapkan rekomendasi overweight untuk ITMG dengan target harga Rp 42.000 per saham. Sementara Desy merekomendasikan buy dengan target harga Rp 41.000 per saham.