Reporter: Harry Febrian, Rika | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Harga timah kembali terangkat. Itu terjadi karena muncul spekulasi pasokan timah yang tadinya berlimpah bakal berkurang. Pernyataan Asosiasi Timah Indonesia (API) yang menyebut 24 dari 28 smelter di Bangka-Belitung telah tutup menjadi penyebabnya.
Harga kontrak timah untuk pengiriman tiga bulan di London Metal Exhange (LME), kemarin (23/8), hingga pukul 19.00 WIB menguat 2,95% menjadi US$ 19.517,00 per metrik ton dari sehari sebelumnya. Jika dihitung dari harga terendah di 2012 pada 25 Juli lalu, harga timah telah naik 12,49%.
Kemarin, harga kontrak timah sempat naik menyentuh US$ 19.525 per ons troi. Ini merupakan level harga tertinggi sejak 20 Juni 2012. Michael Turek, Senior Director Newedge Group di New York dalam emailnya kepada Bloomberg mengatakan, kenaikan harga timah ini pasti akan dihubungkan dengan adanya pengumuman pengurangan produksi timah baru-baru ini.
Sementara itu, stok timah yang dipantau oleh LME telah turun 20% dari level tertinggi di tahun ini yang dicapai pada 8 Mei lalu. Barclays Plc memprediksi, permintaan timah akan melampaui pasokan dengan selisih 7.000 ton pada tahun depan.
Penguatan harga timah mengikuti kenaikan harga komoditas logam lainnya, seperti tembaga, nikel dan zinc. Pasar logam tersengat sentimen hasil notulen pertemuan The Federal Reserve (The Fed) yang dirilis kemarin, menunjukkan makin banyak anggota The Fed yang mendukung adanya stimulus lanjutan.
Itu membuat spekulasi The Fed akan melakukan Quantitative Easing tahap ketiga makin besar. Para pemodal melihat, langkah itu akan menggairahkan perekonomian AS dan China, sebagai konsumen logam terbesar di dunia.
Secara teknikal, harga timah telah menanjak hingga di atas moving average 100 hari. Itu merupakan sinyal harga akan melanjutkan penguatan.
Meski harga timah relatif menguat, analis senior Harvest International Futures, Tonny Mariano, belum terlalu optimistis dengan prospek komoditas ini. "Harus diingat krisis ekonomi global masih jauh dari selesai. Permintaan timah masih sangat rawan untuk kembali tertekan," ujar Tonny.
Permintaan timah belakangan ini menurun karena terpukul krisis utang di Uni Eropa yang merambat ke negara-negara lain hingga menyebabkan ekonomi global melambat.
Kenaikan harga timah, menurut Tonny, juga sedikit banyak tertopang oleh kecenderungan Dollar AS yang melemah dalam beberapa hari ini. Ia memprediksi, dalam sebulan ke depan, pergerakan harga timah akan berada di rentang lebar antara US$ 18.000 - US$ 20.500 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News