Reporter: Recha Dermawan | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah tertekan di awal tahun, kinerja emiten perunggasan atau poultry mulai membaik.
Salah satu pendorongnya adalah penurunan harga jagung dan kedelai. Kemudian kenaikan harga ayam juga turut jadi penopang kinerja sektor ini.
Rata-rata emiten poultry yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) mencetak pertumbuhan pendapatan.
Dua pemain besar di bisnis ini, PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) dan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) mengantongi pertumbuhan penjualan.
Baca Juga: Kinerja Emiten Poultry Mulai Membaik, Analis Rekomendasikan Beli Saham CPIN dan JPFA
CPIN misalnya mencatat pertumbuhan penjualan 8,49% dan JPFA 2,65% pada kuartal III-2023 ini.
Demikian juga pendapatan PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN) dan PT Sreeya Sewu Indonesia Tbk (SIPD) masing-masing tumbuh 7,16% dam 3,57%.
Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Andreas Saragih mengatakan, dari sisi bottom line, laba CPIN dan JPFA masih turun.
Padahal, secara kuartalan laba bersih keduanya menguat.
Namun, penguatan laba CPIN dan JPFA di kuartal kedua dan ketiga tidak mampu mengimbangi pelemahan pada kuartal I-2023.
Program culling atau pemangkasan unggas untuk mengendalikan pasokan mencegah koreksi signifikan pada harga day old chick (DOC) dan broiler.
Baca Juga: Analis Berikan Rating Buy Saham ANTM, Simak Ulasannya
Karena itu, Andreas mempertahankan peringkat netral untuk sektor poultry. Saham jagoannya adalah CPIN karena punya ketahanan dalam mengatasi fluktuasi harga.
Andreas meningkatkan target harga CPIN menjadi Rp 6.150 dan JPFA menjadi Rp 1.380. Dia menyarankan trading buy kedua saham itu.
Sementara itu, Research Analyst Reliance Sekuritas, Lukman Hakim mengatakan, kinerja emiten poultry masih sejalan dengan proyeksi konsensus analis. Perusahaan itu juga efektif dalam mengendalikan kenaikan biaya pokok yang tercermin dari perbaikan margin.
"Kami melihat prospek emiten poultry cukup positif di tengah berlanjutnya penurunan harga jagung dan kedelai. Harga DOC dan boiler juga masih naik, di tengah program culling," kata Lukman kepada KONTAN, Senin (6/11).
Baca Juga: Risiko Pasar Meningkat, Simak Rekomendasi Saham dari BRI Danareksa Sekuritas
Menurutnya, tantangan terbesar untuk industri ini adalah potensi kenaikan harga bahan pakan ternak, lantaran pasokan sempat terganggu akibat El Nino. Tapi, El Nino diperkirakan mencapai puncaknya pada November sehingga stok bahan pakan berpotensi kembali normal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News