Reporter: Namira Daufina | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Tenangnya pasar China pasca gejolak yang menerpa sejak awal pekan, dimanfaatkan komoditas logam industri untuk mengarah naik. Apalagi ada rencana pemangkasan produksi oleh salah satu produsen terbesarnya.
Mengutip Bloomberg, Jumat (8/1) harga aluminium kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange melambung 1,15% ke level US$ 1.492 per metrik ton dibanding hari sebelumnya. Meski demikian, harga masih terkikis 0,99% dalam sepekan terakhir.
“Dibanding logam mulia lainnya, surplus aluminium tidak terlampau tinggi, lalu ada rencana pemangkasan produksi ini maka harga punya peluang membaik,” tutur Ibrahim, Pengamat Komoditas PT SoeGee Futures.
Ini menyusul pengumuman yang disampaikan oleh Alcoa Inc yang akan menutup pertambangan aluminiumnya di Indiana, Amerika Serikat dan memangkas produksi di pertambangan Texas, AS. Rencana pengurangan produksi ini akan rampung pada kuartal dua tahun 2016 nanti.
"Jika nanti permintaan tergenjot, maka pasokan aluminium bisa mengering," prediksi Ibrahim.
Dugaan ini berdasarkan pada rencana China untuk menggenjot infrastrukturnya. Memang hal ini belum akan berlangsung dalam waktu dekat tapi beberapa rencana Alcoa dilakukan secara permanen.
Selain itu, diprediksi laju harga aluminium semakin terdorong oleh sajian data inflasi China Desember 2015 yang naik dari 1,5% ke level 1,6%. "Serta rilis data ekonomi Amerika Serikat lebih sepi di awal pekan, kans komoditas menguat termasuk aluminium semakin besar," papar Ibrahim.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News