Reporter: Kenia Intan | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berubahnya perilaku konsumen dan pasar yang semakin dipengaruhi teknologi internet mendorong PT Kalbe Farma Tbk memperkuat bisnis digitalnya. Oleh karena itu, emiten farmasi bekode KLBF itu menyiapkan dana Rp 100 miliar hingga Rp 200 miliar setiap tahun untuk pengembangan.
Mencermati hal ini, Analis Panin Sekuritas Rendy Wijaya berpendapat, saat ini inovasi digital rata-rata masih baru dilakukan, Oleh karenanya dampak atau kontribusi terhadap kinerja cenderung minim. Akan tetapi, untuk prospek atau outlook ke depan, Rendy melihat inovasi ini akan menuju arah positif.
"Ini seiring dengan pandemi Covid-19 yang turut mempercepat transformasi digital di berbagai sektor termasuk sektor kesehatan dan farmasi. Sehingga perubahan seperti penggunaan platform-platform berbasis teknologi digital dan online juga saya perkirakan akan bertahan dalam waktu yang panjang," jelas Rendy kepada Kontan.co.id, Minggu (17/10).
Untuk tahun ini, Rendy memprediksi kinerja KLBF masih akan bertumbuh. Ia memproyeksikan, pendapatan KLBF di akhir tahun 2021 akan naik 8,2% secara year on year (yoy).
Baca Juga: Sektor kesehatan masih tumbuh, Kalbe Farma (KLBF) siapkan capex Rp 1 triliun di 2022
Sementara laba bersihnya diprediksi akan meningkat 9% yoy. Asumsi ini masih dapat berubah seiring dengan rilis laporan keuangan sepanjang sembilan bulan pertama 2021 nanti.
Mempertimbangkan kondisi di atas, Rendy merekomendasikan buy saham KLBF dengan target harga Rp 1.850 per saham.
Adapun manajemen KLBF baru-baru ini mengungkapkan, pihaknya merevisi target kinerja sepanjang tahun 2021. Pertumbuhan kinerja yang semula dipatok 7% hingga 10% sepanjang tahun itu direvisi menjadi di atas 10%. Optimisme KLBF ditopang oleh kinerja yang baik dari berbagai lini bisnis perusahaan dan efisiensi operasional yang tepat.
Baca Juga: Kalbe Farma gelar sentra vaksin Covid-19 pasien Kanker, Thallasemia, HIV/AIDS