kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.503.000   7.000   0,47%
  • USD/IDR 15.464   36,00   0,23%
  • IDX 7.742   6,84   0,09%
  • KOMPAS100 1.203   0,89   0,07%
  • LQ45 960   1,22   0,13%
  • ISSI 233   -0,20   -0,09%
  • IDX30 493   0,93   0,19%
  • IDXHIDIV20 592   1,55   0,26%
  • IDX80 137   0,16   0,11%
  • IDXV30 143   0,06   0,05%
  • IDXQ30 164   0,24   0,15%

Perjanjian Black-Sea Grain Initiative Dihentikan, Bagaimana Efeknya ke INDF dan MYOR?


Kamis, 20 Juli 2023 / 20:06 WIB
Perjanjian Black-Sea Grain Initiative Dihentikan, Bagaimana Efeknya ke INDF dan MYOR?
ILUSTRASI. Harga biji-bijian berpotensi melambung, dikhawatirkan akan mengganggu kinerja emiten yang menggunakan biji-bijian. REUTERS/Ilya Naymushin/File Photo


Reporter: Yuliana Hema | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga komoditas, khususnya grain alias biji-bijian berpotensi kembali melambung. Ini dikhawatirkan akan mengganggu kinerja emiten yang banyak menggunakan biji-bijian atau gandum. 

Pasalnya, Rusia secara resmi menolak untuk memperpanjang kesempatan Black-Sea Grain Initiative. Keputusan ini diambil Vladimir Putin, Presiden Rusia pada 17 Juli 2023. 

Equity Research Analyst Mirae Asset Sekuritas Rut Yesika Simak menjabarkan pengakhiran perjanjian Black-Sean Grain Initiative ini bisa berdampak pada beberapa hal penting. 

Salah satunya, goyangnya keamanan ekspor biji-bijian dari Ukraina. Namun ia memproyeksi masih ada potensi Rusia bakal kembali lagi dalam perjanjian tersebut. 

Asal tahu saja, Ukraina merupakan eksportir terbesar untuk gandum dan minyak bunga matahari. Berakhirnya perjanjian ini maka akan ada kemungkinan kenaikan harga biji-bijian.

Baca Juga: Russia Ngamuk, Harga Kedelai & Jagung di Pasar Global Kembali Merangkak Naik

"Permintaan akan grain tetap tinggi, tetapi pasokan dapat berkurang karena adanya ancaman dari Rusia yang dapat menghambat proses ekspor," kata Rut saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (20/7). 

Senada, Founder Traderindo.com Wahyu Triwibowo Laksono mencermati ada potensi harga biji-bijian terutama gandum bisa menguat. Apalagi secara global dolar Amerika Serikat (AS) mengalami pelemahan.

"Wajar komoditas rebound. Ditambah isu supply, maka dari itu harganya juga berpotensi manik meningkat," ujar dia. 

Pasokan Masih Aman

Hal bisa berdampak pada kinerja emiten yang mayoritas menggunakan gandum, seperti PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) hingga PT Mayora Indah Tbk (MYOR).

Meski kenaikan harga gandum tersebut bisa berpengaruh pada sejumlah emiten. Rut menilai dampak kenaikan harga tersebut tidak akan berdampak untuk saat ini. 

"Emiten sudah mengamankan bahan baku mereka untuk 3–6 bulan ke depan. Untuk 2023 masih bisa optimistis, tapi untuk semester I-2024 baru fokus margin emiten akan tertekan," papar Rut. 

Misalnya, Grup Indofood di segmen Bogasari telah mengamankan stok bahan baku selama 3–4 bulan. Ini berpotensi diperpanjang selama enam bulan sehingga relatif aman untuk sepanjang semester kedua 2023. 

Baca Juga: Ini Alasan Mengapa Rusia Tangguhkan Perjanjian Biji-bijian Laut Hitam

Namun Junior Analyst Sucor Sekuritas Clara Nathania mencermati pembelian gandum berkontribusi sebesar 20%–30% dari beban ICBP sehingga fluktuasi harga komoditas yang signifikan dapat mempengaruhi profitabilitas.

"Ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan harga gandum sebesar 5% akan mengurangi estimasi pendapatan 2023 sampai 2024 kami sebesar 6%," jelas Clara dalam riset, Selasa (18/7). 

Sucor Sekuritas menyematkan rekomendasikan beli pada ICBP dengan target harga Rp 13.900. 

Sementara, Mirae Asset Sekuritas mempertahankan rekomendasi overweight pada sektor konsumer. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Penerapan Etika Dalam Penagihan Kredit Macet Eksekusi Jaminan Fidusia Pasca Putusan MK

[X]
×