Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan kurs euro terhadap dollar AS cenderung masih akan bergerak dalam tekanan. Hal ini menyusul rilis data indeks bisnis jerman yang dirilis IFO (Information and Forschung) beberapa waktu terakhir.
Sebagai informasi, pekan lalu indikator untuk mengukur iklim bisnis Jerman itu, menunjukkan adanya penurunan iklim bisnis dari 99,7 menjadi 99,2 pada April 2019. "Rilis data IFO Jerman yang melemah signifikan tersebut, membawa sentimen negatif bagi zona euro," jelas Kepala Riset Astronacci Sekuritas Anthonius Edyson kepada Kontan.co.id, Selasa (30/4).
Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) di kuartal I 2019 yang tumbuh lebih tinggi dari perkiraan memberi energi bagi dollar AS. Sepanjang kuartal I-2019, produk domestik bruto (PDB) AS tumbuh 3,2%. Angka tersebut jauh di atas proyeksi pasar yang memperkirakan 2%.
Data lain, mengutip Reuters, Rabu (1/5), indeks kenyamanan konsumen di AS meningkat dari sebelumnya 124,2 pada Maret 2019, menjadi 129,2 di April 2019. Data ini semakin memperkuat asumsi bahwa ke depan belanja konsumen Negeri Adidaya tersebut bakal meningkat.
Laporan lainnya yang dirilis S&P CoreLogic Case-Shiller menunjukkan, indeks harga rumah dari 20 kawasan metropolitan AS naik 3% pada Februari 2019 sekaligus yang terendah sejak September 2012. Kenaikan itu juga lebih rendah dari Januari 2019 yang naik 3,5%.
"Kondisi tersebut membawa sentimen positif bagi dolar AS," jelasnya.
Secara teknikal, pasangan EUR/USD berdasarkan price action analysis, tampak berada dalam bearish trend. Hal ini dikonfirmasi lewat pergerakan yang terus di bawah EMA90 dan terbentuk pola bearish continuation ab=cd.
Untuk itu, Anthonius merekomendasikan sell on strength sebagai pilihan strategi trading untuk EUR/USD. Adapun perkiraan resisstance berada di kisaran 1.1327-1.128, sedangkan untuk level support di 1.1109-1.1069.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News