Reporter: Rashif Usman | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) membukukan kinerja keuangan yang kurang menggembirakan pada kuartal I-2025, baik dari sisi laba bersih maupun pendapatan.
Berdasarkan laporan keuangannya, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tercatat sebesar US$ 31,37 juta pada kuartal I-2025, turun 33,97% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 47,51 juta.
Dari sisi pendapatan, anak usaha PT Pertamina (Persero) ini juga mengalami penurunan tipis 1,75% secara tahunan, dari US$ 103,32 juta menjadi US$ 101,51 juta per akhir Maret 2025.
Corporate Secretary Pertamina Geothernal Energy Kitty Andhora mengungkapkan kinerja PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) di awal tahun dipengaruhi oleh dinamika eksternal seperti ketegangan geopolitik global yang turut menekan stabilitas ekonomi dunia, menciptakan ketidakpastian terhadap arus investasi dan pengembangan energi bersih.
Selain itu, fluktuasi ekonomi dan volatilitas nilai tukar memberikan dampak terhadap pengembangan proyek energi terbarukan, termasuk panas bumi.
Baca Juga: Strategi Diversifikasi Ekspor Bantu MARK Jaga Stabilitas Penjualan Kuartal I-2025
Meski demikian, Kitty menjelaskan bahwa PGEO tetap mencatat profitabilitas yang sehat, kas operasional yang kuat, dan efisiensi dalam pengelolaan biaya.
"Fundamental keuangan kami pun tetap kokoh untuk menopang strategi pertumbuhan jangka panjang," kata Kitty kepada Kontan, Selasa (29/4).
Saat ini, PGEO memprioritaskan investasi strategis untuk mendukung ekspansi bisnis ke depan, termasuk melalui pembiayaan proyek-proyek baru dan optimalisasi belanja modal. Anggaran ini dialokasikan sebagai bagian dari target untuk mencapai kapasitas terpasang yang dikelola secara mandiri sebesar 1 gigawatt (GW) dalam dua sampai tiga tahun ke depan.
Salah satu proyek utama PGEO, Lumut Balai Unit 2, ditargetkan mulai beroperasi pada pertengahan tahun ini. Tambahan kapasitas dari proyek ini diharapkan akan meningkatkan volume produksi energi dan mendorong perbaikan kinerja keuangan pada kuartal-kuartal berikutnya hingga akhir tahun.
"Secara jangka panjang, kami optimistis bahwa komitmen global dan nasional terhadap transisi energi hijau serta target Net Zero Emission 2060 akan memperkuat permintaan terhadap energi baru terbarukan (EBT), khususnya panas bumi, di mana PGEO memiliki posisi yang sangat strategis," jelasnya.
Dus, ia memandang prospek bisnis energi panas bumi pada tahun 2025 dengan optimisme yang tinggi, seiring dengan potensi besar yang dimiliki oleh sumber energi ini.
Selain itu, sinyal positif juga datang dari pasar energi baru terbarukan (EBT) yang semakin berkembang, diperkuat dengan diterbitkannya Peraturan Menteri ESDM Nomor 10 Tahun 2025 tentang Peta Jalan Transisi Energi di Sektor Ketenagalistrikan.
"Regulasi ini menargetkan penambahan kapasitas terpasang sebesar 443 gigawatt (GW), di mana sekitar 79% di antaranya berasal dari sumber EBT, termasuk panas bumi," tambahnya.
Sayangnya, Kitty belum bisa memaparkan berapa target pendapatan dan laba yang diincar tahun 2025. Yang jelas, saat ini pihaknya tengah mendorong percepatan pengembangan beberapa proyek panas bumi, seperti Lumut Balai Unit 2 (55 MW) yang ditargetkan beroperasi pertengahan 2025, proyek Hululais Unit 1 & 2 (110 MW), dan sejumlah proyek co-generation dengan total kapasitas hingga 230 MW.
Baca Juga: Pendapatan dan Laba Rukun Raharja (RAJA) Kompak Naik pada Kuartal I 2025
Selanjutnya: Pemerintah Kebut Belanja di Akhir Kuartal I-2025, Per Maret Sudah Terserap 17,1%
Menarik Dibaca: Prakiraan Cuaca Besok (1/5) di Banten, Cerah Sepanjang Hari
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News