kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Performa nikel perlahan meredup


Selasa, 04 Oktober 2016 / 20:33 WIB
Performa nikel perlahan meredup


Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Rencana Indonesia untuk mencabut larangan ekspor konsentrat nikel menjadi beban bagi pergerakan harga nikel global.

Mengutip Bloomberg, Selasa (4/10) pukul 4.25 pm di Shanghai, harga nikel kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange menukik 0,33% di level US$ 10.315 per metrik ton dibanding hari sebelumnya. Harga ini bahkan sudah terseret 2,96% dalam sepekan terakhir.

Andri Hardianto, Research and Analyst PT Asia Tradepoint Futures menuturkan rencana Indonesia untuk melonggarkan kebijakan ekspor nikelnya menjadi bayang-bayang negatif utama bagi pergerakan harga nikel.

Pasalnya Indonesia merupakan salah satu produsen nikel terbesar global. Pemerintah Indonesia saat ini memasuki tahap finalisasi dalam penyelesaian aturan ekspor.

Nantinya jika benar dilonggarkan, maka ekspor nikel akan longgar sepanjang tiga sampai lima tahun mendatang dan ini juga artinya memberikan izin untuk ekspor bijih nikel yang rendah mutunya atau dengan standar kejernihan sekitar 1,8%.

“Sampai saat ini memang pasar masih menentukan keputusan akhir yang rencananya akan disahkan pada minggu depan, tapi ini sudah cukup untuk menarik turun harga,” jelas Andri.

Jika nantinya hal ini resmi diterapkan, Raden Sukhyar, Chairman of Indonesian Smelter and Mineral Processing Association menduga produksi akan naik menjadi 217.500 ton di tahun 2016 dan menjadi 363.000 ton di tahun 2017.

Angka ini jelas naik tajam dari tahun 2015 lalu yang hanya 160.000 ton. “Selain itu, liburnya perdagangan di China juga turut memberikan beban bagi harga komoditas logam industri termasuk nikel,” tambah Andri.

Berlanjutnya libur di China hingga akhir pekan nanti, membuat aktivitas perdagangan logam industri mengempis. Tentunya ini buruk bagi pergerakan harga komoditas sepanjang pekan ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×