Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memasuki awal pekan ini, mata uang Garuda terpuruk di hadapan mata uang Singapura. Pasangan mata uang SGD/IDR mencatatkan level tertingginya sejak pertengahan tahun 2015 lalu yaitu Rp 10.045,03 per dollar Singapura. Perbaikan ekonomi di negeri Merlion membuatnya tampak lebih unggul dibanding mata uang di kawasan Asia Tenggara.
David Sumual, Ekonom PT Bank Central Asia (BCA) mengatakan, sentimen positif tengah membalut dollar Singapura pasca dirilisnya pertumbuhan ekonomi kuartal III. Pada periode Juli-September produk domestik bruto (PDB) Singapura tercatat 5,2%.
Angka ini melebihi ekspektasi analis yang hanya memperkirakan pertumbuhannay mencapai kisaran 4,6% saja. “Sebenarnya bukan rupiah yang melemah tetapi ekonomi Singapura yang lagi bagus,” terangnya kepada Kontan.do.id, Rabu (29/11).
Menurut David, perbaikan ekonomi yang melonjak signifikan ini membuat dollar Singapura menjadi lebih unggul. Dengan keadaan ini, mata uang Singapura menjadi lebih menarik untuk jangka pendek.
Reny Eka Putri, Analis Pasar Uang PT Bank Mandiri Tbk mengatakan, iklim bisnis di Singapura jauh lebih menarik jika dibandingkan dengan Indonesia. Kalau investor disuruh memilih, kecenderungannya pasti tertuju ke Singapura. “Porsi asing di kita itu sudah di atas 40%. Ini membuat pasar kita cukup rentan,” paparnya.
Selama ini asing dikenal memiliki tingkat volatilitas yang tinggi. Masuk atau keluarnya dana asing akan sangat berpengaruh pada pergerakan rupiah. Kata Reny ketika mereka menganggap Singapura jauh lebih menarik dan menginvestasikan dananya ke sana, pasti mata uang Garuda akan terpengaruh.
Meski begitu, ia menyakini di penghujung tahun 2017 rupiah masih mampu sedikit membaik. Menurutnya dengan kenaikan suku bunga Bank Sentral AS yang telah diwaspadai sejak dini, rupiah tidak akan mendapatkan tekanan cukup berat dari dollar AS ketika realisasi kenaikan suku bunga terjadi. Reny memperkirakan, rupiah bisa ditutup pada kisaran Rp 13.400 per dollar AS tahun ini.
Sedangkan David memperkirakan rupiah bisa sedikit menguat dan ditutup pada kisaran Rp 13.450 – Rp 13.550 per dollar AS. Pernyataan calon Gubernur Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell yang berniat menaikan suku bunga Bank Sentral negeri Paman Sam yang bertahap mampu menjadi katalis positif bagi rupiah. Kata David, tren perbaikan komoditas juga bisa menjadi katalis positif yang mendukung mata uang Garuda.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News