kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.918   12,00   0,08%
  • IDX 7.194   53,44   0,75%
  • KOMPAS100 1.105   10,45   0,95%
  • LQ45 877   11,00   1,27%
  • ISSI 221   0,83   0,38%
  • IDX30 448   5,50   1,24%
  • IDXHIDIV20 540   5,09   0,95%
  • IDX80 127   1,35   1,07%
  • IDXV30 134   0,22   0,17%
  • IDXQ30 149   1,57   1,07%

Perang Israel vs Hamas Memanas, Begini Dampaknya ke Pasar Saham, Valas dan Komoditas


Selasa, 10 Oktober 2023 / 21:42 WIB
Perang Israel vs Hamas Memanas, Begini Dampaknya ke Pasar Saham, Valas dan Komoditas
ILUSTRASI. Perang antara Israel dan Hamas menjadi katalis penting bagi pergerakan pasar saham, valuta asing maupun harga komoditas. KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perang antara Israel dan Hamas (Palestina) menyulut ketegangan di kawasan Timur Tengah dan membayangi tensi geopolitik global. Situasi ini menjadi katalis penting bagi pergerakan pasar saham, valuta asing (valas) maupun harga komoditas.

Investment Specialist Syailendra Capital Gelbi Amoretta menyoroti jika perang berlanjut dan menjadi konflik regional, maka harga minyak global akan melonjak. Situasi ini bakal berdampak pada ekspektasi inflasi yang turut meningkat. Dengan kenaikan ekspektasi inflasi, pelaku pasar akan lari ke safe haven assets seperti dolar Amerika Serikat (AS) dan emas.

Kondisi ini bisa membuat penguatan dolar AS dan harga emas berlanjut. 

"Dolar AS yang menguat akan memicu volatilitas terhadap mata uang negara-negara emerging markets termasuk Indonesia dan membuat para investor wait and see sebelum memutuskan untuk berinvestasi," kata Gelbi kepada Kontan.co.id, Selasa (10/10).

Baca Juga: Kawasan Timur Tengah Memanas, Begini Efeknya pada Harga Komoditas

Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas menambahkan, kenaikan harga minyak dunia bisa kembali mendongkrak inflasi AS, sehingga posisi suku bunga tinggi akan bertahan lebih lama lagi untuk meredam inflasi. 

"Dolar akan menguat dan rupiah bisa melemah lebih jauh lagi," kata Sukarno.

Dus, pasar valas akan terdampak cukup signifikan. Situasi ini selanjutnya akan membawa katalis negatif terhadap kinerja emiten yang bahan bakunya dominan berasal dari impor. Sebaliknya, emiten dengan basis ekspor bisa diuntungkan.

Jika rupiah lanjut melemah di periode akhir tahun ini, Presiden Komisaris HFX International Berjangka Sutopo Widodo melihat ada potensi kurs bergerak menuju level Rp 15.800 per dolar AS. Sutopo mengingatkan, situasi perang umumnya memang memberi dampak negatif terhadap pasar keuangan.

Sehingga dia mengingatkan agar pelaku pasar cermat memperhatikan dinamika geopolitik dan mewaspadai dampaknya pada pasar. Sembari menghindari reaksi yang berlebihan dalam berinvestasi. Sutopo pun melihat perang Israel vs Hamas sejauh ini belum memberikan dampak yang signifikan terhadap pasar saham global.

Sejumlah pasar di kawasan Asia Pasifik masih mampu menguat. Menurut Sutopo, katalis pendorongnya adalah komentar dari beberapa pejabat Bank Sentral AS, The Fed, yang memberikan sinyal ada jeda kenaikan suku bunga acuan. 

"Membantu setidaknya meredakan kehawatiran yang dipicu krisis di Timur Tengah," ungkapnya.

Market review dari Philip Sekuritas Indonesia turut menyoroti dua pejabat tinggi The Fed yang mengeluarkan komentar bernada dovish. Lonjakan imbal hasil (yield) surat utang pemerintah AS (US Treasuries) dapat menjauhkan The Fed dari menaikkan suku bunga acuan lebih lanjut.

Imbasnya, indeks saham Asia pada Selasa (10/10) sore ditutup menguat. Meski begitu, Tim Riset Phillip Sekuritas melihat investor masih bersikap waspada dan terus mengevaluasi potensi dampak dari konflik antara Israel dan Hamas.

Prospek Harga Komoditas & Saham

Analis NH Korindo Sekuritas Indonesia Axell Ebenhaezer melanjutkan, perang Israel vs Hamas berpotensi memberi dampak yang besar bagi supply chain minyak dunia. Meskipun wilayah Israel dan Palestina bukan produsen utama yang signifikan, tapi wilayah perang di Timur Tengah bisa secara tidak langsung mengganggu produksi maupun distribusi minyak.

"Gangguan supply chain ini tentu akan menggerek harga minyak ke atas. Bukan hanya minyak, tapi komoditas energi lain seperti natural gas dan batubara akan terdampak. Komoditas lain yang harganya bisa terdorong naik adalah emas, yang merupakan safe haven," kata Axell.

Equity Research Analyst Panin Sekuritas Felix Darmawan memprediksi jika tensi konflik di Timur Tengah hanya terbatas pada Israel vs Hamas, maka volatilitas harga minyak relatif singkat. 

"Namun jika ada keterlibatan dari negara-negara lain yang menjadikan tensi semakin memanas dan meluas, menurut saya patut diperhatikan para investor," ujar Felix.

Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin menambahkan, sentimen pada saham-saham berbasis komoditas energi dan tambang bisa menjadi penggerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Nanang memandang pasar saham masih punya daya tahan menghadapi efek perang Israel vs Hamas.

Ada dua faktor yang mendorong daya tahan pasar saham. Pertama, sinyalemen beberapa pejabat The Fed yang memberi isyarat dovish, sehingga membuat pasar lebih tenang sementara ini. Kedua pasar saham Indonesia masih berpotensi menarik aliran dana dari investor asing.

Baca Juga: Harga Minyak dan Emas Bisa Terkerek Dalam Jangka Pendek Imbas Perang Israel-Palestina

"Pasar saham di Indonesia masih bisa bertahan karena investor luar yang memilih bertransaksi di emerging market sembari melakukan wait and see setiap perkembangan yang terjadi," terang Nanang.

Menurut Felix, momentum kenaikan harga komoditas bisa menjadi peluang untuk trading saham-saham berbasis energi. 

"Namun patut dicermati harga komoditas bergerak cukup cepat dan menjadikan volatilitas harga sahamnya," kata Felix.

Felix merekomendasikan saham  PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) dengan target harga masing-masing Rp 1.700 dan Rp 1.900. Axell punya pandangan senada, pada situasi saa ini investor bisa mempertimbangkan trading jangka pendek di saham-saham energi dan emas.

Strategi tersebut bisa dilakukan sembari menunggu musim rilis laporan kuartal III-2023. Secara fundamental dan teknikal, Axell melirik sejumlah saham, yakni MEDC, PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), PT Baramulti Suksessarana Tbk (BSSR) dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×