Reporter: Arvin Nugroho | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga crude palm oil (CPO) turun di pekan kedua Maret. Perkembangan virus corona dinilai masih menjadi bayang-bayang pergerakan harga CPO. Berdasar Bloomberg pada Rabu (11/3), harga CPO dengan kontrak pengiriman Mei 2020 berada di RM 2.318 per metrik ton. Angka itu menurun sebesar 1,03% dibanding hari sebelumnya.
Direktur Utama PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim menilai virus corona masih menjadi faktor pendorong harga CPO melemah. Meski di China, korban terinfeksi virus corona berangsur membaik, keadaan di luar China menunjukkan yang sebaliknya. Kabar teranyar datang dari pemerintah Italia yang mengisolasi wilayah sebagai upaya pencegahan virus corona.
Korea Selatan, Jepang, dan India merupakan negara importir CPO yang cukup besar. Ketiga negara itu saat ini sedang dilanda oleh virus corona. Alhasil, permintaan kebutuhan akan CPO di masing-masing negara turun karena lebih fokus terhadap penanganan virus corona. Aktivitas produksi pun menjadi berhenti.
Baca Juga: PM Malaysia Muhyiddin: Saya sudah tulis surat ke Mahathir untuk minta maaf
Ibrahim juga melihat pergerakan harga CPO ini yang cenderung menurun tak terlepas dari pengaruh kondisi politik Malaysia. Negeri Jiran mempunyai pengaruh yang besar terhadap harga CPO mengingat posisinya sebagai salah satu negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia setelah Indonesia. Kondisi politik yang belum stabil itu yang memicu ketidakpastian pasar.
Senada dengan Ibrahim, Analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono bilang tekanan kuat akibat virus corona sehingga mengancam ekonomi global turut menekan harga komoditas, termasuk CPO. Namun, Wahyu melihat menurunnya harga CPO juga tak terlepas dari perang harga minyak antara Rusia dan Arab Saudi.
Baca Juga: Sektor Perkebunan Terpuruk, Tak Satu Pun Saham yang Lolos dari Koreksi
Harga minyak pun sempat anjlok 30% akibat Arab Saudi menurunkan harga ekspor minyak dalam perang harga melawan Rusia. Langkah Arab Saudi tersebut juga berimbas pada anjloknya indeks saham Wall Street. “Relasinya dengan minyak yang sejalan turut memberikan sinyak buruk terhadap harga CPO yang melemah,” kata Wahyu.
Analis Finnex Berjangka Nanang Wahyudin memprediksi, harga CPO ke depan masih akan tertekan. Sebabnya, obat anti-virus corona yang masih belum menemukan titik cerah membuat wabah virus corona menjadi lebih lama. Imbasnya, aktivitas negara akan terhambat. “Masih akan tergantung oleh virus corona,” kata Nanang.
Meski demikian, harga CPO masih akan dihadapkan oleh beberapa tantangan lain. Kebijakan lebih lanjut dari OPEC dan OPEC+ menjadi tantangan harga CPO untuk kembali menguat atau melemah. Belum lagi, gejolak geopolitik di Timur Tengah dan pemilihan presiden Amerika Serikat di akhir tahun akan menambah beban harga CPO.
Baca Juga: Kinerja emiten CPO milik grup besar lesu di 2019, analis: Sahamnya masih menarik
Nanang menilai momen Ramadan dapat menjadi faktor pendorong menguatnya harga CPO. Jelang Ramadan, permintaan terhadap minyak sayur atau minyak nabati akan relatif tinggi. Sebab, kebutuhan konsumsi minyak sayur atau minyak nabati yang meningkat.
Wahyu melihat Ramadan hanya menjadi harapan musiman. Sentimen negatif global market diprediksi akan terus menguat sehingga Ramadan dan kabar pembicaraan dagang antara Malaysia dan India pun hanya menjadi penahan melemahnya CPO.
Baca Juga: Ini Saham yang Untung dan Buntung dari Anjloknya Harga Minyak
Nanang menghitung pada kuartal I harga CPO akan bergerak di rentang RM 2.200–RM 2.500 per metrik ton dan akhir tahun bergerak di rentang RM 2.000–RM 2.700 per metrik ton. Wahyu menghitung pada kuartal I harga CPO akan bergerak di rentang RM 2.000–RM 2.500 per metrik ton dan akhir tahun bergerak di rentang RM 1.800–RM 2.700 dengan harga di tengah RM 2.400.
Sementara Ibrahim menghitung pada kuartal I harga CPO akan bergerak di rentang RM 2.320–RM 2.350 per metrik ton dan akhir tahun hanya akan bergerak di RM 2.700 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News