Reporter: Irene Sugiharti | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepekan terakhir rupiah bergerak terbatas didominasi sentimen perang dagang. Di pasar spot, kurs rupiah tercatat minus 9 point, sementara kurs tengah Bank Indonesia menunjukkan rupiah pekan ini menguat tipis sebesar 2 point.
Ekonom Bank Permata Joshua Pardede sebut pergerakan rupiah sepekan terakhir lebih banyak didominasi oleh sentimen luar, dimana tensi perang dagang yang kembali memanas menjadi katalis yang cukup mendominasi pergerakan rupiah pekan ini.
Selain sentimen perang dagang, pergerakan rupiah juga dipengaruhi oleh aksi penurunan suku bunga acuan The Fed yang turun sebesar 25 basis point (31/10).
Baca Juga: Tren pemangkasan suku bunga, sukses bawa rupiah menguat sepekan
Pada hari ini sendiri, Joshua sebut rupiah yang sempat bergerak melemah atas dollar dipengaruhi oleh sentimen perang dagang dimana perjanjian antara AS-China yang sebelumnya akan dilakukan di Chile bertepatan dengan APEX dibatalkan memancing hubungan kedua negara kembali memanas.
Disisi lain , rupiah juga dipengaruhi oleh rilis data manufakturing China yang hasilnya di bawah ekspektasi konsensus. Joshua sebut hal ini jadi penyebab melemahnya mata uang negara Asia hari ini.
Pada pekan depan pasar menanti sentimen rilisnya beragam data US dan China yang akan rilis sembari menanti rilis data GDP dan NPI Indonesia. Disisi lain, perang dagang masih akan jadi sentimen yang menurut Joshua menjadi issue central.
Baca Juga: Tabungan wirausaha bantu menggenjot DPK Bank BNI
Joshua sebut pada perdagangan pekan depan, rupiah berkemungkinan kembali bergerak sideways di level 14.000-14.100
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News