Reporter: Dina Farisah | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Harga perak fluktuatif mengikuti naik turunnya pergerakan harga emas. Kali ini, perak berkesempatan menguat (rebound) setelah menyentuh level terendah tiga bulan pada penutupan Rabu (11/3).
Mengutip Bloomberg, Kamis (12/3) pukul 15.00, kontrak pengiriman perak bulan Mei 2015 di Commodity Exchange berada di level US$ 15,620 per ons troi. Harga rebound 1,66% dibanding hari sebelumnya yang di tutup di level terendah US$ 15,365 per ons troi. Ini merupakan level terendah sejak 1 Desember 2014. Meski rebound, harga perak tergerus 3,3% dalam sepekan terakhir.
Ariston Tjendra, Head of Research and Analyst PT Monex Investindo Futures menjelaskan, secara umum harga perak masih dalam tekanan. Rebound perak saat ini disebabkan oleh aksi ambil untung (profit taking) setelah harga ditutup di level terendah pada Rabu (11/3).
Menurutnya, pelaku pasar melakukan aksi profit taking lantaran harga sudah turun dalam lima hari terakhir. Selain aksi profit taking, rebound harga perak juga ditopang oleh rumor di kalangan pelaku pasar yang menyebutkan bahwa Bank Sentral China (PBoC) akan kembali melakukan pelonggaran moneter.
“Pelonggaran moneternya berbeda dengan Bank Sentral Eropa yang menggelontorkan stimulus. Kabarnya, PBoC akan memangkas statutory reserve (giro wajib minimum) untuk menambah likuiditas,” terang Ariston.
Apabila rumor tersebut benar adanya, kata Ariston, maka harga perak akan beranjak naik. Namun, meski demikian, faktor utama penghadang harga perak adalah pertemuan bank Sentral AS (The Federal Reserve) pada 17-18 Maret mendatang. Pelaku pasar akan mengamati sinyal pejabat The Fed mengenai waktu kenaikan suku bunga, apakah Juni atau September 2015.
Di sisi lain, kokohnya indeks dollar juga membebani kinerja perak. Untuk diketahui, Kamis (12/3) pukul 11.00, indeks dollar sempat melaju ke level 100,06. Meski dalam pergerakannya, indeks dollar kembali melemah ke level 99,00 pada Kamis pukul 15.10. Ariston bilang, pergerakan indeks dollar terpantau curam. Artinya, kenaikan maupun penurunan indeks dollar berlangsung secara cepat.
Adapun penentu nasib perak dalam waktu dekat adalah data penjualan ritel AS bulan Februari yang akan di rilis pada Kamis (12/3) malam. Berdasarkan prediksi, penjualan ritel tumbuh 0,3%. Angka ini lebih baik dibanding bulan Januari yang mencatatkan pertumbuhan minus 0,8%. Data lainnya yang menahan laju perak adalah data klaim pengangguran mingguan AS yang diperkirakan sebesar 306 ribu. Angka ini turun dibandingkan periode sebelumnya sebesar 320 ribu. Apabila kedua data ini sesuai dengan prediksi maka berpotensi menyumbang penguatan bagi dollar AS, sehingga menekan harga perak.
Secara teknikal, pergerakan harga perak masih dibayangi tekanan. Harga bergerak di bawah moving average 100, 50 dan 200. Moving average convergence divergence (MACD) berada di bawah garis nol, di mana garis MACD bergerak di bawah garis sinyal dan terbuka ke bawah. Ini mengonfirmasi penurunan harga perak. Indikator lainnya yaitu stochastic berada di area jenuh jual (oversold) di level 15%. Sementara relative strength index (RSI) masih berada di bawah 50% yaitu di level 34%. Kondisi ini menunjukkan tekanan turun masih terjaga.
Ariston memprediksi harga perak sepekan mendatang terbentang di kisaran US$ 15,00-US$ 16,00 per ons troi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News