kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penyelesaian utang masih menjadi fokus Bumi Resources


Rabu, 28 Maret 2018 / 06:55 WIB
Penyelesaian utang masih menjadi fokus Bumi Resources


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski mulai menuai laba bersih, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) memastikan belum akan ada membagikan dividen untuk tahun buku 2017 hingga beberapa tahun ke depan.

Dileep Srivastava, Direktur BUMI menjelaskan, saat ini BUMI akan fokus pada pelunasan utang terlebih dahulu. "Kalau ada sisa kelebihan kas akan kami gunakan untuk membayar utang," ujar Dileep, Selasa (27/3).

Tahun 2009 menjadi tahun terakhir BUMI membagikan dividen. Kala itu, BUMI menebar Rp 50,6 per saham dengan dividen pay out ratio 15% dari laba bersih tahun 2008 yang sebesar US$ 645,36 juta.

Skenario terburuk, BUMI baru akan membagikan dividen lima tahun lagi. Jangka waktu ini sejalan dengan tenor fasilitas tranche A dan B yang merupakan salah satu instrumen restrukturisasi BUMI. Kedua fasilitas utang itu memiliki nilai masing-masing US$ 600 juta.

Meski demikian, manajemen BUMI akan berupaya melunasi utang perusahaan lebih cepat. Dileep bilang, tranche A diharapkan bisa lunas dalam kurun waktu 21 bulan. Sedangkan tranche B ditargetkan bisa selesai sekitar dua tahun.

Jadi, BUMI butuh waktu antara 36 bulan hingga 42 bulan untuk melunasi utangnya. "Harapannya, tidak perlu menunggu sampai lima tahun, kami sudah bisa kembali mempertimbangkan pembagian dividen," imbuhnya.

Namun, pelunasan yang lebih cepat itu juga dengan catatan harga batubara masih di atas US$ 70 per ton. "Kami melihat harga batubara masih akan bergerak pada rentang US$ 85 hingga US$ 100 per ton setidaknya selama dua hingga tiga tahun lagi," kata dia.

Tahun ini, BUMI menargetkan produksi batubara meningkat 10% dibanding realisasi produksi tahun lalu yang sebesar 84 juta ton.

BUMI juga menargetkan pendapatan tahun ini meningkat 10% menjadi sekitar US$ 5,5 miliar. Kinerja ini ditopang oleh salah satu anak usahanya, PT Arutmin Indonesia. Arutmin akan memproduksi tambahan 4 juta–5 juta ton batubara berkalori tinggi untuk diekspor ke Jepang.

Saat ini, laporan keuangan BUMI tahun 2017 memang masih diaudit. Namun, Dileep memastikan, BUMI membukukan laba bersih. "Tahun ini juga kemungkinan bisa laba di atas tahun lalu," ujarnya.

Kemarin, saham BUMI naik  0,7% jadi Rp 288 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×