kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   -5,00   -0,03%
  • IDX 7.080   -84,73   -1,18%
  • KOMPAS100 1.054   -16,11   -1,50%
  • LQ45 826   -12,16   -1,45%
  • ISSI 212   -3,57   -1,66%
  • IDX30 424   -5,47   -1,27%
  • IDXHIDIV20 506   -10,14   -1,96%
  • IDX80 121   -1,66   -1,36%
  • IDXV30 125   -0,97   -0,77%
  • IDXQ30 140   -2,47   -1,73%

Penyebab Mata Uang Komoditas Sulit Rebound Meski Ada Sentimen Trump Pro Energi Fosil


Kamis, 28 November 2024 / 21:47 WIB
Penyebab Mata Uang Komoditas Sulit Rebound Meski Ada Sentimen Trump Pro Energi Fosil
ILUSTRASI. An oil pump of IPC Petroleum France is seen at sunset outside Soudron, near Reims, France, August 24, 2022. REUTERS/Pascal Rossignol


Reporter: Nova Betriani Sinambela | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penunjukan menteri dalam kabinet Presiden Terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump disebut-sebut akan menjadi titik cerah bagi komoditas. Ini karena sejumlah nama seperti Chris Wright dan Doug Burgum memiliki komitmen dan mendukung energi fosil.

Kendati demikian, ternyata hal tersebut dinilai belum cukup kuat untuk mengangkat mata uang komoditas rebound terhadap dolar

Analis Mata Uang dan Komoditas Doo Financial Futures, Lukman Leong menilai dukungan dari menteri Trump nantinya lebih diasosiasikan kepada peningkatan produksi. Hal ini justru dikhawatirkan malah menekan harga energi karena kelebihan pasokan. 

Baca Juga: Kebijakan AS Pro Energi Fosil, Analis Sebut Ini Tak Cukup Dorong Mata Uang Komoditas

Sebab China yang merupakan konsumen terbesar komoditas sedang mengalami perlambatan ekonomi. Sehingga apabila pasokan banyak tetapi permintaan sedikit, akan mendorong pelemahan harga. 

"Walaupun ada kenaikan konsumsi energi, hal itu hanya akan sebatas di negara AS saja dan tidak akan meningkatkan konsumsi di luar AS," katanya Kepada KONTAN, Kamis (28/11).

Selain itu, banyak faktor lain yang akan membuat dolar akan terus menguat dan mata uang komoditas tertekan, seperti kebijakan Trump yang telah memberikan tarif 25% kepada Mexico dan Canada serta tambahan 10% kepada China. 

Kebijakan tersebut juga akan memberikan dampak besar bagi inflasi di AS, sehingga prospek pemangkasan suku bunga AS semakin menurun. Apabila tingkat suku bunga tinggi bertahan lebih lama, maka mata uang Paman Sam itu akan lebih menarik.

Baca Juga: Rupiah Diperkirakan Berkonsolidasi Dengan Kecenderungan Melemah Pada Jumat (29/11)

Di sisi lain, mata uang komoditas bisa menarik apabila ekonomi global terutama China membaik.

Sampai akhir tahun 2025, Lukman memproyeksi mata uang komoditas masih melemah. Ia menargetkan, AUD kemungkinan di 0,63, NZD sekitar 0,57 dan CAD sebesar 1,42.

Adapun berdasarkan Trading Ekonomi, Kamis (28/11), pukul 20.11 wib, AUD/USD berada di 0,64968 atau menguat hanya 0,01% dalam sehari tetapi turun 0,07% dalam sepekan.

Baca Juga: Cek Biaya dan Limit Transaksi Jenius untuk ATM hingga Merchant

NZD/USD bertengger di 0,58868 turun 0,28% dalam sehari, tetapi menguat 0,92% dalam sepekan. Sementara USD/CAD berada di level 1,4009 atau turun 0,16% dalam sehari tetapi menguat 0,2% dalam sepekan. 

Selanjutnya: Lamudi Jalin Kerja Sama & Kemitraan Strategis dengan Ray White (Indonesia)

Menarik Dibaca: LSPR Institute Jalin Kerjasama Strategis dengan SBM ITB

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×