kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,05   4,30   0.48%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penyebab Indika Energy (INDY) menderita kerugian US$ 117,54 juta pada 2020


Selasa, 06 April 2021 / 15:52 WIB
Penyebab Indika Energy (INDY) menderita kerugian US$ 117,54 juta pada 2020
ILUSTRASI. Penyebab Indika Energy (INDY) menderita kerugian US$ 117,54 juta pada 2020


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Kinerja PT Indika Energy Tbk (INDY) sepanjang tahun 2020 mengalami tekanan. INDY membukukan kerugian bersih senilai US$ 117,54 juta. Kerugian ini naik dari kerugian bersih tahun sebelumnya yang hanya US$ 18,16 juta.

Membengkaknya kerugian bersih INDY tidak terlepas dari penurunan topline emiten tambang batubara ini INDY membukukan pendapatan senilai US$ 2,07 miliar, menurun 25,34% dari realisasi pendapatan tahun 2019 yang mencapai US$ 2,78 miliar.

Azis Armand, Wakil Direktur Utama dan CEO Indika Energy mengatakan, penurunan pendapatan terutama disebabkan oleh menurunnya pendapatan anak usaha INDY, yakni Kideco Jaya Agung (Kideco) sebesar 20,6% secara year-on-year (YoY). Hal ini disebabkan harga jual rata-rata batubara yang menurun sebesar 16,1%, dari semula US$ 45,1 per ton menjadi US$ 37,8 per ton pada tahun 2020.

Selain itu, volume penjualan batubara juga terkontraksi sebesar 5,4%, dari 34,9 juta ton di 2019 menjadi 33,0 juta ton di 2020.

Baca Juga: Mengintip kinerja konglomerasi Grup Indika tahun 2020, siapa yang paling moncer?

Anak perusahaan lainnya, seperti PT Petrosea Tbk (PTRO) juga mencatat penurunan pendapatan sebesar 28,5%, dari US$ 476,4 juta pada tahun 2019 menjadi US$ 340,7 juta pada tahun 2020. Penurunan ini karena berkurangnya pendapatan dari kontrak pertambangan, engineering and construction, serta logistic & support services.

Anak usaha INDY lainnya, yakni PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk (MBSS) juga mencatatkan penurunan pendapatan sebesar 29,5%, dari semula US$ 77,8 juta menjadi US$ 54,9 juta pada 2020. Penurunan pendapatan ini seiring menurunnya harga jual komoditas serta penurunan volume barging dan transhipment.

Entitas usaha INDY lainnya, yakni Tripatra, juga mencatatkan penurunan pendapatan sebesar 35,2%, dari US$ 462,3 juta menjadi US$ 299,4 juta di 2020. Penurunan pendapatan ini karena berkurangnya pendapatan dari proyek BP Tangguh dan proyek Emily, serta sudah terlaksananya proyek Vopak di tahun 2019.

Baca Juga: IHSG diprediksi menguat pada Kamis (1/4), saham-saham ini bisa jadi pilihan

Di sisi lain, konstituen Indeks Kompas100 ini justru membukukan kenaikan sejumlah beban. Beban penjualan, umum, dan administrasi tercatat meningkat 0,6%, dari semula US$ 137,2 juta menjadi US$ 138,0 juta pada tahun 2020.

Kenaikan ini seiring naiknya beban terkait dengan upaya INDY untuk menjaga kinerja operasional dari dampak pandemi Covid-19, kenaikan dari professional fee terkait pengerjaan consent solicitation, dan bertambahnya jumlah karyawan yang terlibat dalam pengembangan proyek baru di dalam Indika Energy Group.

Beban keuangan juga turut meningkat sebesar 9,2%, dari semula US$ 109,5 juta menjadi US$ 119,5 juta pada tahun 2020.

Kenaikan ini seiring kenaikan pada biaya pendanaan terkait premiun pelunasan dan biaya percepatan terhadap biaya penerbitan emisi, yang merupakan akibat dari pelunasan lebih awal terhadap obligasi yang jatuh tempo pada tahun 2022 dan 2023,  tingkat kupon obligasi baru yang lebih tinggi, serta meningkatnya pinjaman Perseroan.

Sementara itu, realisasi biaya modal atau capital expenditure (capex) pada 2020 adalah sebesar US$ 84,2 juta. Sebanyak US$ 34,8 juta diantaranya digunakan untuk pembangunan konstruksi fasilitas terminal bahan bakar oleh Interport di Kariangau, Kalimantan Timur, dan sebesar US$ 30,0 juta dialokasikan untuk PTRO.

Selanjutnya: Sejumlah emiten ramai-ramai merambah bisnis EBT, begini prospeknya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×