Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - LONDON. Harga tembaga memperpanjang penurunan pada hari Selasa (6/8). Spekulan tetap pesimistis tentang pertumbuhan global dan permintaan yang lemah di China. Sementara harga seng merosot setelah lonjakan persediaan menggarisbawahi kelebihan pasokan.
Harga tembaga pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) turun 0,5% menjadi US$ 8.841 per metrik ton pada pembukaan perdagangan Selasa (6/8) setelah turun 1,8% pada hari Senin dan menyentuh level terendah dalam 4,5 bulan.
Harga tembaga LME telah merosot 21% dari rekor tertinggi lebih dari US$ 11.100 per metrik ton yang tercatat pada bulan Mei lalu.
Pasar saham global menguat dalam perdagangan hari Selasa setelah jatuh sehari sebelumnya. Investor di pasar logam juga tetap waspada.
"Tampaknya ada sedikit stabilitas dalam semalam, tetapi saya pikir pasar masih cukup khawatir akan perlambatan besar, tidak ada pertumbuhan, dan kami belum benar-benar melihat permintaan di Tiongkok," kata Robert Montefusco di Sucden Financial kepada Reuters.
Baca Juga: Harga Tembaga dan Logam Industri Kebanting Prospek Ekonomi Global yang Suram
Kontrak tembaga September yang paling banyak diperdagangkan di Shanghai Futures Exchange jatuh ke level terendah sejak 13 Maret. Harga tembaga di bursa Shanghai ditutup turun 3% pada 70.850 yuan.
Meskipun data AS yang lemah minggu lalu memicu kekhawatiran tentang potensi resesi, pemangkasan suku bunga yang diharapkan dapat memberikan dukungan.
Titik terang lainnya adalah premi untuk mengimpor tembaga ke Tiongkok naik menjadi US$ 48 per ton pada hari Senin, tertinggi sejak 18 Maret.
Seng mengalami penurunan harga terbesar di LME, turun 1,4% dalam aktivitas resmi menjadi US$ 2.597,50 per ton setelah data LME pada hari Selasa menunjukkan bahwa persediaan melonjak 8% menjadi 247.825 ton. Persediaan telah meningkat lebih dari tiga kali lipat selama sembilan bulan terakhir.
Baca Juga: Pemerintah Tegaskan Penambahan 10% saham Freeport Indonesia Secara Gratis
Seng LME juga merupakan logam yang berkinerja terburuk di LME selama bulan lalu, dengan penurunan 14%.
Analis memperkirakan surplus pasar seng sebesar 19.000 ton tahun ini, melonjak menjadi 229.800 ton pada tahun 2025, menurut perkiraan konsensus dalam jajak pendapat Reuters.
Di antara logam lainnya, harga aluminium di LME naik 0,8% menjadi US$ 2.267 per ton. Harga timbal rebound 1,4% menjadi US$ 1.958 setelah jatuh 4,6% pada sesi sebelumnya. Harga timah naik tipis 0,1% menjadi US$ 29.525 sementara nikel turun 0,1% menjadi US$ 16.260.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News